Semenjak virus Corona berkembang di seluruh dunia, setiap mau melakukan sesuatu pasti sangat terbatas. Tidak berangkat ke sekolah, menjaga jarak, rajin mencuci tangan, segera mandi setiap pulang dari bermain dan mengenakan masker.
Yang paling tidak aku suka adalah mengenakan masker. Rasanya sumpek sekali. Mau bernapas itu sulit. Makanya aku sering tidak mengenakan masker.
Ibu sampai kebingungan karena aku tak mau bermasker.
"Nak, maskernya dipakai." Nasehat ibu saat aku keluar rumah untuk bersepeda sebentar.
"Males ah, Bu!"Â
"Kita harus jaga kesehatan, nak." Ucap ibu.Â
Aku cemberut sambil mengenakan masker. Kutahu ibu sangat khawatir kalau aku sakit. Terpaksa aku mengenakannya biar ibu senang. Tapi itu kulakukan di depan ibu. Saat sudah jauh dari rumah, pasti masker aku lepas.
**
"Tuh lihat di tivi, nak. Kita disuruh pakai masker kan?" Tanya ibu saat kami menonton televisi.Â
Akhirnya ibu memang mengetahui kalau aku tidak mengenakan masker saat bersepeda keliling kampung. Lalu ibu meminta bapak untuk menasehatiku.
"Kamu kok nggak manut sama ibu to, nak? Bapak nggak suka kalau kamu nggak sholih begitu. Lagipula itu demi menjaga kesehatan."
Ya, aku tahu kalau bapak kecewa padaku. Bapak sebenarnya marah tetapi ditahannya.
"Kalau kamu nggak manut ibu, besok lagi kamu nggak usah bersepeda. Kamu senam di rumah saja."
**
Hari ini aku tetap bersepeda. Aku berjanji untuk selalu mengenakan masker dan tidak mampir ke mana-mana. Jajan pun tidak.
Dengan senang aku bersepeda. Apalagi aku baru saja dibelikan masker bergambar kartun. Terlihat lucu! Aku jadi senang mengenakannya. Teman-teman yang melihat maskerku, jadi kepingin memiliki juga.Â
Mengenakan masker itu jaga-jaga biar tidak kena virus Corona. Sedia payung sebelum hujan. Mencegah lebih baik daripada mengobati, seperti nasehat Bu guru lewat grup WA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H