Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ingin Menjadi Paskibra

17 Agustus 2020   12:37 Diperbarui: 17 Agustus 2020   12:42 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengibaran bendera merah putih di istana negara, 17 Agustus 2020. Screenshot live streaming Official INews. Dokpri

Hari ini tanggal 17 Agustus 2020. Indonesia tepat 75 tahun lepas dari penjajah Belanda dan pendudukan Jepang. 

Amalia sedang menyimak acara di televisi. Pukul sepuluhan dia akan menyaksikan Detik-detik Proklamasi di televisi. Upacara di istana negara itu sangat mengesankan. Untuk mengibarkan bendera, ada pasukan pengibar bendera atau Paskibra. Mereka adalah siswa SMA terpilih dari Sabang sampai Merauke.

Paskibra itu berbaris dengan rapi. Berseragam putih-putih. Terlihat khidmat dan menakjubkan. Karenanya aku ingin menjadi paskibra seperti mereka.

Sambil menunggu Detik-detik Proklamasi, Amalia ingat bahwa setahun yang lalu, dia di sekolah mengikuti upacara tujuh belasan.

Ada rasa bangga di hatinya ketika mengikuti upacara itu. Dia bertugas mengibarkan bendera bersama Khanza dan Hasna.

Namun sekarang, situasinya sangat berbeda. Sekolah sepi. Para siswa belajar di rumah sejak Maret yang lalu. 

**

Kemarin, Amalia sempat mengajak Hasna dan Khanza mengibarkan bendera sendiri. 

"Ayo kita ke halaman sekolah, Hasna!" Ajak Amalia.

"Mau ngapain, Lia?"

"Kita mengibarkan bendera kayak dulu yuk!"

Hasna menyetujui ajakan Amalia. Segera Amalia berpamitan kepada ibunya.

"Mau ke mana, Lia?"

"Sekolah, bu. Mau mengibarkan bendera."

Amalia dan Hasna berangkat ke sekolah. Tetapi dia ke rumah Khanza dulu. Dia harus diajak juga.

"Kamu ingat cara mengibarkan bendera kan?" Khanza bertanya pada Amalia dan Hasna. Sepertinya dia ragu. Maklum sudah lama mereka tidak upacara apalagi mengibarkan bendera.

"Dikit sih..." jawab Amalia.

"Yaaa...gimana dong!" 

"Kita latihan dulu!"

"Iya, setuju!"

**

Beberapa kali mereka latihan mengibarkan bendera lagi. Namun ada saja yang keliru. Entah menalikan bendera terbalik, terlalu cepat mengerek bendera, kesalahan saat berbaris dan sebagainya. Meski begitu, mereka tetap semangat latihan. 

"Ini tak seberapa. Para pahlawan malah sampai terluka kan untuk memerdekakan bangsa kita?"

"Iya, Hasna. Kita hanya mengisi kemerdekaan."

"Belajar dengan tekun contohnya."

Mereka bertiga senang karena rasa kangen sekolah dan bangga menjadi pengibar bendera terobati.

**

Dalam perjalanan, mereka masih berbincang-bincang.

"Eh besok kita nonton tayangan upacara detik-detik proklamasi ya!"

"Siap. Di rumah sendiri-sendiri saja."

"Iya."

"Aku paling senang pas paskibraka mulai melaksanakan tugas mengibarkan bendera. Mereka kompak banget!" seru Khanza.

"Iya. Kira-kira kita bisa nggak ya seperti mereka?"

"Bisalah! Tapi kita belajar dulu!"

**

Akhirnya upacara Detik-detik Proklamasi dimulai. Amalia membandingkan upacara tahun lalu dengan sekarang. Ternyata sangat berbeda. Orang yang ikut upacara di istana negara hanya sedikit, mengenakan pakaian adat dan bermasker. Para pejabat melaksanakan upacara secara daring atau virtual. 

Selain itu paskibra tak seperti dulu karena masih dalam masa pandemi covid 19. Untuk mengibarkan bendera saja, hanya dilakukan oleh tiga petugas. Pembawa bendera dari Aceh, bernama Indrian Puspita Rahmadhani. Muhammad Adzan sebagai pembentang bendera dari Nusa Tenggara Barat. Lalu pengerek bendera dari Bali, namanya I Gusti Agung Bagus Kade Sanggra Wira Adhinata.

Amalia membayangkan jika menjadi salah satu dari mereka, pasti akan sangat bangga dan bahagia. Dia berdoa, semoga cita-citanya untuk menjadi Paskibra tercapai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun