Manusia memiliki kebutuhan yang dari waktu ke waktu selalu berubah dan bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan yang tidak sedikit itu, manusia harus obah, artinya mau bekerja.
Dalam bekerja sendiri terkadang bisa sesuai passionnya, terkadang sebaliknya. Berbeda jauh dari passionnya. Lalu bagaimana jika bekerja ternyata tak sesuai passion?Â
Tanyakan pada diri sendiri dulu. Nyaman ataukah tidak dengan pekerjaan yang sudah ada di tangan. Jika nyaman, tekuni pekerjaan itu meski harus berangkat dari nol. Kita harus sadar bahwa keberhasilan tidak serta-merta diraih tanpa usaha dan keuletan. Jangan sampai bekerja setengah-setengah.
Jika bekerja setengah-setengah maka akan merugikan diri sendiri dan tempat kita bekerja saat ini. Merugikan diri sendiri karena seharusnya kita sudah bisa fokus pada bidang yang diminati, malah masih terkungkung pada pekerjaan yang hanya dilakoni setengah hati.
Bekerja bukan perkara coba-coba. Bekerja yang baik adalah terjun total pada bidang tadi. Jika ternyata tak nyaman, jangan korbankan diri sendiri. Lebih baik keluar dan mulai fokus pada bidang yang diminati. Paling tidak, jika bekerja sesuai bidang, tentu ketika bekerja akan sepenuh hati. Hasilnya pun tak akan mengkhianati proses.Â
Ada banyak di sekeliling kita, dalam bekerja, tidak menyukai bidang tertentu tetapi memaksakan diri bekerja juga dan terkesan asal bekerja, hasilnya tak akan maksimal. Pagi berangkat kerja, siang entah ke mana. Tidak mau standby di tempat kerja.
Akibatnya tentu merugikan orang lain juga. Di samping itu, akan mengundang pikiran negatif rekan juga. Tentu ini menyebabkan kondisi yang tidak kondusif karena bekerja itu menuntut kekompakan. Tidak bekerja sendiri-sendiri.
Jika memang sulit untuk kompak, lebih baik menciptakan usaha sendiri. Dia bisa mengelola apapun sendiri sesuai keinginannya sendiri.Â
Namun jika seseorang berprinsip tetap bekerja di lingkungannya bekerja, maka sebisa mungkin mengurangi aura negatif agar bisa berperan secara maksimal di tempat kerja.
Pertama, jalin kerjasama dan komunikasi yang baik di lingkungan manapun. Kerjasama dan komunikasi harus terjalin dengan baik, tak hanya di tempat kerja, namun jika ada kegiatan di luar kerja yang bisa mempererat komunikasi atau kerjasama ya laksanakan dengan baik.
Jika suatu saat kolega punya gawe ya bantu. Hindari perilaku yang hanya senang meminta tolong tetapi ketika dibutuhkan dalam kondisi tertentu malah tidak nongol. Jangan menjadi manusia yang ingin enaknya saja. Manusia egois itu sungguh tak menyenangkan.
Berlaku seperti dia ingin diperlakukan. Idealnya seperti itu. Jika hanya senang memanfaatkan orang lain, lama kelamaan orang akan jaga jarak.Â
Jika berhalangan membantu orang lain, komunikasikan dengan baik. Jangan membuat alasan tak masuk akal. Contohnya tidak rewang dengan alasan pergi ke luar kota. Padahal tak pergi kemana-mana.Â
Ada teman yang bercerita bahwa kolega tak datang membantu keperluan hajat. Tak ada masalah sebelumnya. Bahkan kolega tadi malah sering dibantu. Alhasil teman saya mulai jaga jarak.
Ringan tangan. Menjadi tim yang solid pastinya tidak mudah. Karakter individu yang sudah melekat terkadang sulit diubah. Ada individu yang ringan tangan, ada yang tidak.
Tentu kita ingin diperlakukan dengan baik oleh orang lain. Jika demikian ya harus berlaku yang sama. Sering-seringlah membantu orang lain baik di lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan kerja.
Kedua, tidak rasan-rasan atau membicarakan kejelekan orang lain. Di manapun. Kita harus sadar bahwa tidak ada satupun manusia yang sempurna. Selalu ada plus minusnya. Saling melengkapi saja.
Berkaitan dengan ucapan, perlu juga menjaga diri untuk tidak bermuka dua. Jangan senang cari muka dengan cerita yang dibumbu-bumbui.
Membicarakan kejelekan orang lain tanpa berkaca pada perilaku diri, namanya tak tahu diri. Seolah dirinya sempurna.Â
Ketiga, tidak iri pada capaian orang lain. Prestasi setiap orang pasti berbeda. Kita harus bijaksana menyikapinya. Jadikan capaian gemilang orang lain sebagai pemacu atau motivasi untuk lebih baik.
Bukan malah menjadikan iri dengki. Lalu membuat-buat cerita, seolah capaian orang lain karena caranya yang tidak baik atau tidak halal.
Akan lebih baik jika kita malah belajar dari proses orang lain dalam mencapai kesuksesan. Tentu keberhasilan tidak diraih secara instan. Ada jatuh bangun untuk mencapainya. Ada tangis duka yang mengiringi dan mungkin saja tidak kita ketahui.
Selain itu, ada baiknya kita selalu bersyukur atas capaian kita sendiri. Memang dalam waktu tertentu kita harus melihat keberhasilan orang lain. Namun sekali waktu juga perlu melihat juga nasib orang yang tak seberuntung kita.
Kita yakin saja bahwa segala usaha akan membawa keberhasilannya sendiri-sendiri. Pasrahkan semua usaha kepada Sang Pencipta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H