Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pak Priyo, Guru Baru Kita

12 Agustus 2020   15:24 Diperbarui: 12 Agustus 2020   16:07 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: sukita.info

Hai, teman-teman! Apa kabar? Semoga kita sehat selalu ya!

Teman-teman, rasanya lama sekali ya kita tidak bertemu. Aku kangen sekali. Soalnya kita tidak bisa bermain dan belajar di sekolah bersama Bu Intan, guru kita. Ah malah sekarang kita sudah naik kelas. Kita tidak belajar lagi dengan Bu Intan. 

Sedih tetapi ya tak apa. Kita masih bisa ketemu Bu Intan kalau nanti sudah bisa belajar di sekolah. Guru kita sekarang ada pak Priyo. Pak Priyo kita kenal sebagai guru yang galak. Sering menghukum siswa yang nakal.

"Kalau seperti itu namanya bukan galak, nak," ucap ibu mengomentari ceritaku.

"Tapi anak kelas V dan VI bilang begitu."

Ibu tersenyum. 

"Itu namanya guru disiplin, nak. Bagus dong. Pak Priyo bisa menertibkan siswa yang nakal."

Kita memang belum pernah diajar pak Priyo sebelumnya. Tetapi saat pagi kita sering bersalaman setiap pagi di pintu gerbang masuk sekolah. Orangnya ramah ya.

"Nak, zaman ibu sekolah dulu, guru lebih galak lho. Kadang dijewer, dipukul menggunakan penggaris kayu..." ibu bercerita tentang gurunya dahulu.

"Wah...jahat kalau begitu ya, Bu!" 

"Ya nggak, nak. Mereka kan mendidik biar siswa tertib."

Aku belum paham dengan cerita ibu. Guru memukul dan menjewer kok dibilang tidak galak. 

"Sehabis itu, siswa yang nakal pasti jera. Kapok nakal."

"Terus?"

"Ya pak guru atau Bu guru ramah lagi." 

Itulah cerita ibu tentang gurunya saat masih kecil. Lalu ibu menasehatiku agar tidak menganggap kalau pak Priyo itu galak hanya karena mendengar cerita siswa kelas lain.

***

Sudah hampir sebulan kita di kelas yang baru ya, teman-teman. Tetapi kita belum diajar oleh pak Priyo di dalam kelas.

Meski begitu, selama kita belajar di rumah, pak Priyo sering mengingatkan kita untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Pak Priyo sabar menunggu laporan tugas kita.

Aku pernah terlambat mengumpulkan tugas. Rasanya aku mau nangis. Aku takut kalau pak Priyo marah. Akhirnya ibu yang mengirimkan tugas itu. Ibulah yang menjelaskan kenapa aku terlambat mengumpulkan tugas.

Ibuku 'kan kerja seperti dulu. Tidak Work from home. Bapak juga. Bapak malah sejak dulu, saat virus Corona baru saja terjangkit di Indonesia, jarang sekali WFH. 

Oh iya. Akibat WFH itu bapak pernah dirapid Test. Gara-gara teman kerjanya reaktif. Aku sedih. Tetapi ibu selalu mengajakku lebih rajin shalat dan berdoa, semoga bapak, ibu dan aku sehat terus. Alhamdulillah doa kami terkabul. Aku bahagia sekali ketika ibu bercerita kalau bapak tidak reaktif hasil Rapid Test-nya.

**

Teman-teman, Pak Priyo tidak marah lho waktu aku terlambat mengumpulkan tugas. 

"Tuh kan, pak guru nggak marah." Ucap ibuku sambil menunjukkan WA dari pak Priyo.

Aku mengangguk dan merasa kalau guru baru kita memang tidak segalak yang kudengar.

"Yang penting kamu rajin mengulang materi pelajaran ya, nak. Tentang tugas, InsyaAllah ibu usahakan tidak terlambat lagi."

Aku tersenyum. Kupeluk ibu. Aku berdoa, semoga ibu tidak terlambat sampai rumah, biar aku bisa segera meminjam HP dan mengerjakan tugasku.

Aku juga berdoa, semoga kita bisa segera belajar di sekolah. Bermain bersama di kelas baru dan bertemu pak Priyo, guru baru kita.

Kita doa sama-sama ya, teman-teman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun