Kini kau sangat shock dengan kenyataan bahwa tetanggamu---bapak yang notabene petugas kesehatan--- ternyata positif Corona. Ya... sebelumnya kau tak mengetahui bahwa bapak itu sebenarnya harus karantina.
Rapid Test bapak itu menyatakan hasil reaktif. Kemudian dari dua Swab ternyata pada Swab kedua yang bapak tadi dinyatakan positif Corona.Â
Sayangnya bapak itu tak menunggu hasil Swab kedua, lalu mengikuti berbagai aktivitas di lingkungan tempat tinggalmu. Apalagi masa-masa mendekati lebaran haji. Bapak yang harus menjalani karantina tadi, ternyata juga menjadi panitia kurban bersamamu dan suamimu. Bahkan isteri bapak tadi satu shift denganmu.
**
Sebenarnya panitia kurban di tempatmu sudah diatur dalam beberapa shift. Kebetulan kau jalani shift terakhir, di mana kau bekerja bersama isteri bapak tadi.Â
Kau dan juga ibu itu bermasker, pakaian juga brukut, tertutup. Tak ada pikiran macam-macam. Yang ada adalah gotong royong demi melayani pembagian daging kurban. Kau jalani tugasmu dengan senang hati. Namun tak disangka berselang beberapa jam setelah kau selesaikan tugasmu, bapak tadi didatangi ambulance. Ya... beliau positif Corona.
Itupun tak langsung kau ketahui. Baru pada pagi hari kau ketahui setelah beberapa tetangga mengingatkan agar kau karantina mandiri.
Kau terkejut. Aku yakin itu. Aku pernah merasakan juga. Dulu suamiku pernah kontak dengan temannya yang reaktif. Bedanya teman suamiku hasil swabnya negatif.
*
Sahabat, aku tahu bagaimana hatimu, kekhawatiran, harapan, penasaran dan perasaan lainnya. Mungkin melebihi apa yang kualami dahulu. Memikirkan bagaimana kondisimu, anak-anak dan suami serta keluarga. Antara percaya dan tidak percaya dengan kondisi saat ini. Namun sahabat, yakinlah bahwa semua akan baik-baik saja.
Bapak yang OTG itu belum tentu membuat isterinya positif Corona juga. Di kapanewon tempatku ada yang kasusnya seperti ini. Yang jelas, semua kuasa ada di tangan Illahi.Â