Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Nomine Best in Fiction Kompasiana Awards 2024 Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Spiritual di Tanah Suci yang Dinanti, Tahun Ini Absen

30 Juli 2020   13:43 Diperbarui: 30 Juli 2020   13:36 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: gomuslim.co.id

Tahun ini jamaah haji Indonesia dan negara-negara lain harus menunda untuk berhaji di musim haji 2020 atau 1441 Hijriah. Masa pandemi membuat negara-negara mengeluarkan kebijakan penundaan keberangkatan jamaah calon haji ke tanah suci.

Meski tak ada jamaah haji dari segala penjuru dunia, Mekkah tetap menampung para jamaah. Tentu jamaah haji yang sangat beruntung itu untuk melaksanakan rukun haji pastinya memperhatikan peraturan protokol kesehatan.

Sehubungan dengan ditundanya keberangkatan para calon haji, tentu di lingkungan juga tak akan ada lagi harapan untuk mendengarkan kisah pengalaman spiritual mereka saat berhaji.

Memang menjadi sebuah kebiasaan jika ada orang yang pulang dari tanah suci, sanak saudara dan tetangga berdatangan atau mertakke. Tujuan utama tentunya bukan perkara oleh-oleh berupa barang. Meski terkadang keluarga mereka telah menyiapkan aneka makanan khas dari tanah Arab dan air Zamzam.

Ada pula tambahan oleh-oleh jika kemampuan ekonomi lumayan. Sajadah, mukena, jilbab, sampai lipstik dan kutek bisa menjadi oleh-oleh khas para jamaah haji.

Sekali lagi, motivasi untuk berkunjung ke rumah saudara atau tetangga yang pulang dari tanah suci tak melulu karena ingin oleh-oleh berupa barang.

Oleh-oleh yang ingin didapat adalah kabar kesehatan dan cerita atau kisah spiritual saat beribadah haji. Dari cerita atau kisah ini akan memotivasi diri untuk menjadi lebih baik. Terutama dalam beribadah fardhu dan bersosial yang baik.

Segala tindak-tanduk di rumah atau tanah air, akan terbawa sesampai di tanah suci. Itu kisah yang sering terdengar. Secara umum pun mengamini pendapat itu. Ya...para jamaah bisa mendapatkan pengalaman spiritual yang berbeda. Tentunya itu merupakan cerminan selama dia hidup dan beribadah.

Ada kisah seorang jamaah haji yang tiba-tiba kehilangan uang di tanah suci. Ternyata saat di rumah, yang bersangkutan sering mempergunakan uang yang bukan menjadi haknya.

Ada juga seorang jamaah haji yang sering mengisi pengajian. Ternyata saat wukuf, yang bersangkutan mendapatkan tempat yang berdekatan dengan sampah. 

Kisah ini seolah wajar jika kita berpikir bahwa jamaah haji yang cukup banyak yang akhirnya mengakibatkan jamaah tadi mendapat tempat yang kurang bersih. Tentu hanya jamaah yang bersangkutanlah yang lebih tahu dirinya.

Teman si jamaah haji ini prihatin mengingat dakwah dan kebaikan yang sering dilakukan selama di lingkungan rumah. Ternyata memang hanya Allah yang Maha Tahu hati dan keikhlasan manusia.

Mendengar kisah seperti itu, yang dipikirkan bukan hal negatif dari orang lain lalu dighibahkan. Melainkan dampak dari tindakan negatifnya. Sebisa mungkin hal negatif tidak ditiru.

Pengetahuan dan motivasi lain pun bisa didapatkan dari mereka. Pernah seorang tetangga yang sakit-sakitan, ternyata ketika di tanah suci segala hal dimudahkan. Saking niat sucinya untuk beribadah.

Pengetahuan tentang menghukum pencuri dan sebagainya juga pernah dikisahkan. Ruas jari menjadi patokan, begitu ceritanya. Jika seseorang terbukti mencuri, maka satu ruas jari dipotong dan seterusnya.

Nasehat dan doa pun seringkali diucapkan oleh orang yang baru saja berhaji. "Muga-muga dho isa tekan kono ya..."

Kami yang mendengar doa itu mengamininya. Tak lupa mereka berpesan untuk siap lahir batin untuk ke tanah suci. Selain itu ada niat untuk memperbaiki diri agar di tanah suci tak mendapat hukuman sesuai perilaku, ucapan maupun pikiran yang buruk. 

Di tanah suci sekadar membatin atau berpikir sesuatu yang negatif saja harus dihindari. Jika berperilaku demikian, artinya dia takabur dengan dirinya sendiri. Padahal ketika di sana para jamaah berlatih ikhlas, ibadah khusyuk tanpa pamrih. 

"Neng kono dho fokus ngibadah wae. Aja mikir aneh-aneh, mundhak kedaden..."

Ah semoga pandemi segera berlalu. Para calon jamaah haji bisa segera diberangkatkan tahun depan. Dan tentunya, saya juga berdoa untuk bisa menapakkan kaki, beribadah di sana. Menapaki kisah spiritual yang semoga baik. Semoga diijabah olehNya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun