**
Malam harinya.
Aku merasakan bumi tempatku berpijak bergemuruh. Goncangan hebat menyertai suara gemuruh tadi.
Allahuakbar. Kusadari bahwa tanah kami terjadi gempa. Sangat kuat hingga rumah kami turut rusak berat.
Secara tiba-tiba, tanah kami terasa dihempas bebas. Dan byur... Air tanah muncul ke permukaan.
Aku panik. Warga lainnya pun merasakan hal yang sama. Di saat panik, langkahku seolah dituntun menuju rumah Allah.Â
Meski dengan perjuangan berat karena tanah retak tak beraturan, kudekati masjid. Namun tanah lapang tak ada lagi di sana.Â
Yang ada hanya air dan di seberang sana masjid kami masih berdiri kokoh. Sungguh kuasa Allah. Fakta bahwa rumahNya selalu dilindungi. Sementara tanah yang pernah menjadi perseteruan dalam pembangunan sumur bor, amblas bersama goncangan hebat.
Antara ngeri, takjub akan kuasaNya. Aku menyadari bahwa tanah kami rentan gempa runtuhan. Beberapa meter di bawah tanah kami, yang ada batuan kapur. Kapan saja bisa amblas.
Aku menangis. Juga warga lain yang juga mau ke masjid. Hingga tangan lembut mengelus kepalaku. Kulihat ibuku mencoba tersenyum di balik wajah penuh tanda tanya. Rupanya aku bermimpi.
**