Namun ada juga siswa yang belum hafal huruf abjad. Nah karenanya orangtua harus punya greget mempersiapkan segala sesuatu agar anak lancar dalam belajar. Orangtua bisa menggunakan metode membaca gambar terlebih dahulu untuk mendidik anak dalam belajar membaca.
Itu saya ketahui dari Kepala Sekolahnya sendiri.
"Mbak Azza pinter baca, Bu..."
Saya tersenyum mendengarnya. Saya tahu bahwa anak saya belum bisa membaca. Baru saya kenalkan huruf dan suku kata.Â
Lalu saya ingat dalam materi perkuliahan di PGSD yang menyatakan bahwa pada usia akhir TK dan awal SD, model pengenalan membaca yang bisa dilakukan adalah dengan membaca gambar. Ini termasuk dalam Membaca dan Menulis Permulaan.
Cara membaca gambar adalah anak melihat gambar lalu mengucapkan kalimat sesuai imajinasi mereka. Meski sebenarnya di buku sudah ada teks bacaan dengan ukuran huruf yang lumayan besar.
Dari peristiwa yang dialami anak saya, jelas bahwa imajinasi anak dalam menginterpretasikan gambar bisa tepat. Karena saya juga sempatkan membaca buku yang dipegangnya. Jikalau pun keliru, menjadi tugas saya untuk mengoreksi dan membenahinya. Jadi saya tetap berada di sampingnya.
Di rumah pun, buku-buku bergambar selalu dibaca dengan imajinasinya. Lagi-lagi saya harus menunda beragam kegiatan rumah demi mendampingi anak dalam membaca gambar.
Tentu saja membaca gambar juga tetap harus diikuti dengan membaca buku sungguhan karena mau tak mau kelak anak harus bisa membaca bacaan atau teks. Namun prosesnya tentu beda antara satu anak dengan anak lainnya.
Orangtua hanya perlu banyak bersabar dalam mengenalkan kegiatan membaca. Orangtua harus sadar bahwa pengenalan membaca harus mereka lakukan. Tak hanya njagakke atau mengandalkan guru di sekolah.