Saya lulus kuliah tahun 2004. Di tahun itu pula saya mencoba peruntungan untuk menjadi pendidik di sekolah-sekolah dan tes CPNS. Namanya juga usaha. Tetap harus berjalan. Meski hasil kadang tak sesuai harapan.
Kali ini saya ceritakan saja pengalaman ketika harus mencoba peruntungan menjadi pendidik. Harapannya bisa menginspirasi para lulusan sekolah ataupun perkuliahan tahun pandemi ini.Â
Idealis, Ingin bekerja sesuai ijazah
Yang namanya masih muda, baru saja lulus kuliah, tentu saya sangat idealis. Saya ingin bekerja sesuai dengan ilmu dan ijazah yang saya pegang dari UNY sebagai guru sejarah.Â
Dari beberapa sahabat, saya mengetahui beberapa sekolah membutuhkan guru sejarah waktu itu.
"Nyoba nglamar neng SMP ....atau SMP..., dik," begitu saran seorang teman dan senior di wilayah kecamatan ---sekarang disebut kapanewon--- tempat kami tinggal.
"Aku wingi ditawari soale. Tapi aku kan wis neng kantor," begitu ceritanya lagi.
Atas saran dan pertimbangan teman dan senior saya, akhirnya saya mencoba melamar menjadi tenaga pendidik di SMP yang dimaksud.
Lain waktu masih teman yang sama juga menyarankan untuk melamar di SMA X. Lagi-lagi saya melamar juga.
Jawaban yang diberikan semua sekolah hampir sama.Â
"Sekolah kami tidak membutuhkan guru Sejarah, mbak," begitu jawaban mereka.