Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis Itu Boleh Nyeni, tetapi Jangan Memusingkan Pembaca

25 Juni 2020   17:27 Diperbarui: 25 Juni 2020   17:35 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menulis, tak hanya konten dan konteks. Tapi juga bisa dipelajari cara menyajikan, etika juga estetika menjadi sajian sebuah tulisan 'kan? 

Tulisan di atas adalah kutipan dari seorang senior pada WAG Kepenulisan Parenting. Beliau menyinggung bagaimana sebuah tulisan agar tidak memusingkan bagi para penikmat tulisan. Entah tulisan berupa artikel, puisi maupun cerpen.

Saya sepakat dengan pendapat beliau. Menulis adalah aktivitas mengeluarkan gagasan yang tujuannya untuk memberi pencerahan, pengetahuan bagi para pembaca. Pembaca biasanya akan menikmati tulisan, tak sekadar dari seni atau tampilannya. 

Kalimat sederhana

Sebuah tulisan akan lebih terasa nyaman dibaca jika kalimat yang dipergunakan adalah kalimat yang sederhana. Tampilannya juga sederhana. 

Dalam satu paragraf, kalimatnya tak perlu terlalu banyak. Karena mata pembaca lebih merasa mudah jika menikmati tulisan yang tidak neko-neko dan singkat kalimatnya.

Artikel yang baik sebisa mungkin disajikan secara singkat, padat, jelas. Meski demikian, penulis bisa juga menyisipkan kalimat yang sedikit puitis. Hanya untuk memperindah tulisan saja.

Tulisan memang bisa menunjukkan seni dari sang penulis dalam mengolah kata atau diksi. Apalagi dalam penulisan puisi. Menurut senior saya, puisi yang bagus itu tidak harus selalu puitis dari awal hingga akhir. 

Tampilan setiap bait diusahakan enak dipandang dan memudahkan membaca serta memahaminya. Bait sendiri biasa ditulis rata. Baru nanti setiap perpindahan bait bisa ditambahkan enter. Mengenai jumlah baris dalam puisi, bisa dikembangkan sendiri oleh setiap penulis. 

Tuliskan sub judul dan sisipkan foto pendukung

Tampilan artikel, masing-masing penulis memiliki kekhasan. Saya perhatikan beberapa penulis yang menulis dengan sub judul pada setiap tulisan sampai pada kesimpulan. Ada juga yang lempeng.

Penulisan artikel dengan sub judul ini jarang saya lakukan, meski dahulu kala, saya termasuk senang menulis dengan sub judul. Ya karena saya ingin menulis dengan cara berbeda, ala saya.

Memang sub judul ini memiliki fungsi bagi penulis dan pembaca. Bagi penulis, dengan sub judul ini akan mempermudah dalam mengembangkan sebuah tulisan dengan argumen dan data yang valid.

Sedangkan bagi pembaca, selain memandu pembaca, sub judul juga menjadi titik jeda membaca. Jadi, ibaratnya sopir jika masuk gerbang tol, bisa ngajak penumpang rada santai nafasnya,sesudah ngebut. Begitulah pendapat senior.

Berikutnya, penyisipan gambar atau foto, tidak lepas dari dunia literasi. Membaca akan terasa membosankan jika hanya ada tulisan berjajar atau berderet menjadi rangkaian kalimat dan paragraf atau bait puisi.

Untuk menghilangkan kesan membosankan, penulis harus jeli dalam memilih ilustrasi gambar. 

Bagi saya pribadi, foto atau gambar ya menghilangkan kesan tulisan yang menjenuhkan. Nah yang menarik dari pendapat senior saya, beliau menuliskan fungsi gambar atau foto pada artikel.

Aku kerap nulis, pakai foto di badan artikel Kenapa? Fungsi Foto, selain memperkuat bahasan, anggap aja, mbak-mbak penjaga Gerbang tol.

Nah kan, begitu pentingnya kalimat sederhana, tampilan artikel ---termasuk puisi---. Sampai tulisan dibuat sub judul, diberi ilustrasi. Biar tulisan apapun menjadi cantik di mata dan di hati. 

Jadilah diri sendiri

Hal terpenting dalam menulis adalah menjadi diri sendiri. Seorang penulis bisa saja ngefans berat dengan seseorang dan ingin meniru cara menulisnya. Namun percayalah itu tidak akan sebagus penulis idola.

Malah akan terasa wagu atau aneh jika penulis meniru gaya tulisan orang lain. Ada baiknya tetap menulis sesuai dengan karakternya. Setiap orang memiliki kekhasan bahasa dan cara menyampaikan gagasan.

Saya sendiri, banyak belajar dari penulis lain. Saya belajar bagaimana cara menulis yang santai tetapi tetap mengena isinya. Ya sekadar itu. Untuk meniru gaya tulisan, saya tak pernah mencobanya. Saya tahu bahwa tak mungkin saya bisa meniru pleg tulisan dari penulis lain. 

Jadi, mari belajar menulis untuk kesenangan diri dan orang lain. Karena akan terasa percuma jika kita menulis tetapi dari segi tampilan dan kebahasaan malah memusingkan pembaca. 

Semoga bermanfaat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun