Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Risaunya Jadi Keluarga PDP dan Menjalani Rapid Test

18 Juni 2020   13:46 Diperbarui: 18 Juni 2020   17:35 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pencegahan dan penularan virus corona, Covid-19 di udara (sumber: Shutterstock via kompas.com)

Pikiran itu sangat menekan hati saya. Namun suami dan saudara kembar saya membesarkan hati saya.

"Aku baik-baik saja, Bu. Kalau mau karantina, besok kalau sudah ada hasil Rapid-nya saja." Begitu suami saya memberi masukan.

Oke. Saya harus mulai berpikir rasional. Beberapa hari setelah suami Rapid pertama, tak ada pegawai Puskesmas atau Rumah Sakit yang mendatangi rumah kami.

Namun, selama hasil Rapid Test-nya belum saya ketahui secara pasti, saya selalu menjaga agar tidak sering kontak dengan tetangga atau saudara.

Saya tahu itu ujian untuk saya. Dan itupun masih ditambah dengan sakitnya paklik saya. Paklik batuk berhari-hari. Paklik tidak mau diperiksakan ke rumah sakit karena takut dan khawatir kalau akan dikarantina. Takut dirapid Test dan Swab.

Setelah merasa beberapa hari tidak kunjung membaik, akhirnya paklik diperiksakan ke rumah sakit. Tujuannya untuk Rontgen paru-paru saja. Namun di sana paklik menjalani Rapid Test juga.

Hasil Rapid Test non reaktif. Akan tetapi dari hasil Rontgen, paklik mengalami radang paru-paru dan pembengkakan jantung. Namun karena sakit paklik berhubungan dengan paru-paru, mau tak mau harus diisolasi dan diswab juga.

Semakin galaulah saya. Di satu sisi Bulik dan sepupu membutuhkan dukungan moril namun di sisi lain, saya was-was untuk sekadar mertakke bagaimana kondisi paklik. Saya khawatir menjadi OTG dan membahayakan mereka.

Namun dengan niat memberi dukungan moril dan bismillah saya mertakke juga. Saya ingin membesarkan hati saudara dekat saya yang saat itu sangat down. Apalagi beredar berita bahwa di dusun kami ada pasien positif Corona.

Sepupu saya sangat kacau karenanya. Terlebih bulik saya. Di saat suaminya sakit, tetapi Bulik tidak bisa menunggui di rumah sakit. Ya karena paklik dikarantina atau diisolasi di rumah sakit.

Baru pada hari kelima paklik bisa pindah ke bangsal biasa. Artinya hasil Swab menunjukkan bahwa paklik negatif Corona. Saya sangat bahagia mendengarnya. Ya meski paklik masih harus dirawat beberapa hari di rumah sakit. Setidaknya keluarga Bulik bisa tenang karena mereka bukan aib bagi lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun