Ketika mempublikasikan foto di sosmed usahakan tidak menuliskan nama lengkap, nama sekolah anak dengan alasan tadi. Di berbagai pemberitaan, sangat banyak contoh kejahatan yang berawal dari foto yang terpampang di akun sosmed. Â
Selain itu ketika mempublikasikan foto ke sosmed perlu kepekaan orangtua terhadap perasaan dan privacy sang buah hati. Apalagi jika ternyata si anak sudah beranjak remaja.Â
Terus terang ketika dua gadis kecil saya masih balita, saya sering meng-upload ke sosmed. Seperti ibu-ibu masa kini yang meng-upload polah si kecil saking menggemaskannya.
Dari postingan tadi, setidaknya kita tidak kehilangan foto jika sewaktu-waktu laptop error dan tidak bisa membackup data foto yang ada. Makanya di FB sering ada yang menuliskan caption, "titip nyimpan foto".
Dan saya sendiri juga mengalaminya. Foto balita si sulung banyak yang raib gara-gara laptop error dan datanya hilang. Waktu itu semua data belum tersinkron ke Google Drive. Hadeh. Untunglah di FB masih ada sedikit yang tersisa foto dari masa kecil si sulung.
Saat ini saya tidak lagi meng-upload foto si sulung maupun anak kedua. Faktor keamanan dan kenyamanan saja alasan saya. Keamanan dari niat jahat orang lain ---seperti paparan sebelumnya--- dan kenyamanan akan rasa percaya diri anak terutama.Â
Saat anak mulai masuk usia SD akhir, anak sudah memiliki keinginan terlihat baik. Rapi, cantik, ganteng dan sebagainya. Mereka malu jika terlihat "aneh" di mata orang. Maklumlah di usia ini mereka sudah memasuki masa pubertas. Mengenal lawan jenis dan bisa saja tertarik dengan salah satunya.
Makanya tidak heran jika anak ketika tahu orangtuanya meng-upload foto, bisa me-request mana yang boleh diupload, mana yang tidak boleh. Teman saya menceritakan seperti ini.Â
Coba aja lihat di FB. Kalau orang lain pasrah aja, tak post foto sesukaku. Kalau Nakdis? Dia yg pilih, edit sendiri. Plus kalimat perintah, "Kalo post foto yang ini, ini, ini...!"
Si anak sudah memiliki keinginan tersendiri atas upload-an di FB sang bapak. Foto yang harus diupload sudah ditunjuk. Ya dengan pertimbangan anak. Dilihat dari sisi gaul dan keindahan versi anak seusianya.
Keponakan saya sendiri juga demikian. Meng-upload foto kekinian. Siapapun yang memfotonya pun harus sesuai dengan petunjuk dan konsep yang dibuatnya. Kita bukan lagi pengarah gayanya melainkan pelaksana "perintah" anak.