Beberapa saat lalu, dalam sebuah WAG kepenulisan parenting, seorang anggota mengirimkan foto jagoannya. Sang jagoan tengah membantu sang ibu berbelanja.Â
Dari cerita si ibu, pada malam hari sebelum berbelanja, sang jagoan menulis list belanja untuk esok hari. Dan ketika diajak ke minimarket terdekat, si jagoan memberikan tanda centang untuk barang-barang yang telah diambil dari rak untuk dibayarkan ke kasir.
Pembicaraan kemudian mengarah pada perilaku si jagoan tadi yang pasti pinter. Baru mau lulus TK tetapi tulisan rapi. Ya untuk ukuran anak TK bahkan SD, tulisannya memang rapi.
Meski si jagoan tadi ternyata memiliki kelemahan dalam mengeksplorasi gambar. Si jagoan takut dengan krayon. Bahkan dengan pasir, terigu, slime dan sejenisnya perlu dilatih untuk beradaptasi.
Ya...anak memang unik. Memiliki sisi luar biasa dan di balik itu pastinya ada kekurangan. Kekuatan dan kesabaran si ibu jelas sangat penting bagi tumbuh kembang anak.
Membandingkan anak baik anak kandung ataupun anak orang lain tidak diperlukan. Ya karena keunikan anak tadi. Toh dengan selalu melihat perkembangan anak lain pasti hati menjadi tak karuan dan bisa galau sendiri.
Hal yang terpenting adalah fokus untuk mendidik anak agar tumbuh kembang bisa maksimal. Jika anak memiliki kekurangan maka motivasi ibu mutlak dibutuhkan.
Ketika sang ibu mendidik buah hati, seringkali mengabadikan tingkah polah si kecil dalam foto. Karena memang itu akan menjadi kenangan tentang tumbuh kembang anak. Anak juga akan merasa senang jika suatu saat sudah besar dan memiliki kenangan di masa kecilnya.
Layaknya orang dewasa seperti kita yang senang jika menemukan foto jadul. Entah ketika bermain di kali, di sawah, foto dengan guru TK, teman TK, teman kampung halaman dan sebagainya. Memori kebahagiaan akan masa kecil bisa sedikit melupakan rasa jenuh dan capek karena rutinitas.
Ketika mengabadikan tingkah polah anak, orangtua terkadang mempublikasikan di ruang publik. Entah di Facebook, Instagram, WhatsApp dan sebagainya. Bolehkah demikian?
Jawabnya tergantung pada orangtuanya. Yang jelas sebagai orangtua, kita harus berhati-hati dalam mempublikasikan foto buah hati. Buah hati bisa menjadi sasaran kejahatan.Â