Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memenej si Kecil Agar Tidak Keranjingan Gawai

28 Mei 2020   13:48 Diperbarui: 28 Mei 2020   13:46 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika boleh jujur, saat ini hampir semua orang sangat dekat dengan gawai. Dari balita hingga orang dewasa, sangat bersahabat dengan benda persegi panjang nan tipis itu. 

Gawai. Saking kedekatan orang dengan gawai hingga sering dikatakan "setan persegi panjang". Itu istilah yang sering saya dengar karena gawai bisa melalaikan kewajiban-kewajiban seperti menyelesaikan tugas, shalat dan sebagainya. 

Ya...gawai bisa membuat orang lupa waktu. Malah terkadang lupa untuk merawat buah hati dan urusan lainnya. Buah hati sering dicekoki gawai demi suasana tenang, agar anak tidak rewel.

Memang begitu nyatanya. Dari anak hingga orang dewasa jika memegang gawai pasti akan konsentrasi pada gawai. Disapa, diajak bicara atau ngobrol kadang tidak nyambung.

Sebenarnya memegang gawai memang harus ada masa tersendiri. Pada usia tertentu barulah anak boleh memegang gawai. Namun nyatanya gawai sudah dikuasai para balita.

Balita saya juga demikian. Jika melihat ibunya memegang gawai meski tak dioperasikan maka pasti akan langsung minta disetelkan YouTube. Anehnya jika bapaknya yang memegang gawai seberapapun lamanya dia tidak peduli.

Karenanya saya berusaha untuk jauh dari gawai. Meski harus membuat tersendat komunikasi dengan teman dan anak didik. 

Saya membagi waktu dan membatasi diri untuk tidak terlalu lama memegang gawai. Ya demi si balita saya. Saya tak ingin si bungsu saya itu mengalami gangguan penglihatan dan komunikasinya.

Memberi waktu memegang gawai bagi si kecil dalam waktu yang sebentar dan dilanjut dengan berbagai permainan yang menarik baginya. Ya meski nantinya terkesan kotor, jorok dan membuat berantakan rumah. Tak apalah. Anak akan belajar banyak hal dari kotor dan berantakan itu. Heee...

Biasanya setelah bermain gawai, si bungsu saya buatkan susu terlebih dahulu. Dia terbiasa seperti itu. Baru kemudian dia bermain yang ada di ruang keluarga atau halaman rumah. Entah mobil-mobilan, toples, dan sebagainya.

Bermain toples atau kaleng bekas wadah wafer ---sebagai ganti balok--- dengan cara menumpuk-numpuk membuat dia belajar konsentrasi dan seni. Kalau dia lelah dan bosan biasanya akan berteriak. Saya yang mendampingi harus membantu dia untuk menyusun seperti keinginannya.

Bermain mobil-mobilan dan disusun dengan toples warna-warni. Dokpri
Bermain mobil-mobilan dan disusun dengan toples warna-warni. Dokpri

Dari nakita.grid.id, manfaat bermain balok, antara lain anak akan  belajar mengenai konsep; belajar mengembangkan imajinasi; melatih kesabaran; secara sosial anak belajar berbagi serta mengembangkan rasa percaya diri anak.

Pilihan lainnya adalah mengajak anak bermain pasir. Entah mengisikan pasir ke dalam wadah maupun bergulung di pasir. Terlihat seru meski kotor. 

Sebagai orang dewasa saja terkadang rindu bermain pasir sedemikian serunya. Teringat juga saat masih kecil dan bermain pasir di depan sekolah. Membuat rumah-rumahan. Di sana mendesain rumah dengan jumlah kamar dan penataan ruang lain yang selalu berbeda setiap hari.

Itu pengalaman masa SD saya. Senang bukan main. Perkara dimarahi bapak ya cuma didengar dan keesokan harinya diulang lagi. Hihiii. Akhirnya bapak mengajukan syarat untuk bermain pasir, tidak boleh seharian. Harus mau tidur siang dulu. 

Nah mengingat kebahagiaan saat masih kecil dengan bermain pasir, maka tak ada salahnya jika mengajak bermain pasir pada si kecil. Kalaupun dia bergulung di pasir dan terkadang kelilipan pasir, tak apa. Nanti tinggal diajak mandi saja agar tidak terkena penyakit kulit.

Bermain pasir dengan bebas. Dokpri
Bermain pasir dengan bebas. Dokpri

Apalagi bermain pasir itu sangat bermanfaat bagi anak. Selalu ada sisi positif dari bermain pasir itu. Apa sajakah itu? Yuk simak pendapat dari Siti Munfarijah ---Kepala TK Diponegoro 146 Purwokerto Barat--- dalam anggunpaud.kemdikbud.go.id.

Pertama, bermain pasir dapat melatih sensori motor anak. Hal ini karena indera yang terlibat dalam bermain pasir sangat banyak. Ada Indra penglihatan, pendengaran, peraba, pembau, pengecap. Dari bermain pasir, anak akan belajar membedakan benda halus dan kasar. 

Kedua, bermain pasir juga dapat melatih ketrampilan motorik halus anak. Ketika bermain pasir, anak memanfaatkan jari-jari untuk membentuk pasir sesuai wadah yang dioegangnya. 

Ketiga, bermain pasir dapat menstimulasi kreativitas anak. Anak akan memiliki ide luar biasa ketika bermain pasir. Seperti yang saya contohkan ketika membuat rumah-rumahan tadi. Secara tidak sengaja anak belajar menjadi arsitek kecil. Wah...luar biasa kan?

Begitu juga balita. Ketika telah membuat bentuk pasir sesuai wadah tertentu maka dia akan penasaran melakukan pada wadah yang lain. Baik yang ukurannya dan bentuknya berbeda maupun yang sama.

Keempat, bermain pasir dapat melatih daya imajinasi anak. Terkadang ketika bermain pasir, anak akan membuat bentuk sesuai imajinasi baik tokoh kartun, mobil-mobilan dan sebagainya. 

Imajinasi sangat penting bagi tumbuh kembang anak. Saya kutip dari theasianparent, manfaat imajinasi bagi anak antara lain membuat anak terampil bersosialisasi dan berkomunikasi; membuat anak mampu berpikir kreatif dan menganalisa; memperkaya pengetahuan anak; membuat anak lebih percaya diri, mandiri dan mampu bersaing; serta memunculkan bakat anak.

Nah... mengingat serunya permainan non gawai, ya biar saja anak berekspresi dengan kotor dan berantakannya. Anak tidak bergantung pada gawai. Mata anak akan terjaga dan tumbuh kembangnya bisa berjalan sebagaimana mestinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun