Jangan menyebut sebagai negara yang kaya apabila rakyat masih banyak yang berpikir bagaimana untuk makanku esok hari. Ketimpangan sosial terjadi di mana-mana. Sungguh miris melihatnya.
Perjuangan agar rakyat bisa sejahtera tentu butuh kerjasama semua pihak. Dari tingkat bawah sampai pusat. Semua harus kompak. Bukan yang di atas bicara A, bawahan bicara B dan seterusnya. Kalau tidak kompak, bagaimana bisa negara bisa maju?
Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Sepertinya hal ini dilupakan oleh sebagian besar orang Indonesia. Masing-masing hanya memikirkan kepentingan golongan dan pribadi seseorang.
Akibatnya, perekonomian belum bisa meroket. Rakyat seakan tak habis-habisnya menyaksikan perseteruan politik. Sangat membosankan tetapi harus dilihat terus dan ternyata itu berdampak pada kehidupan mereka.
Momentum Kebangkitan Nasional yang terjadi di bulan Ramadan, menjelang detik-detik kedatangan bulan Idul Fitri sudah seharusnya menjadi inspirasi bagi anak negeri. Inspirasi untuk bersatu padu, bangkit dari keterpurukan dengan selalu berpegang pada agama.
Apabila ilmu dunia dan akhirat dipegang dan seiring sejalan maka semakin terarahlah segala aktivitas orang-orang di Indonesia. Idul Fitri menjadi tonggak awal kehidupan baru bagi setiap muslim, semoga memang menjadi suci.
Di penghujung Ramadan ini mari kita selalu berdoa untuk keselamatan negeri dari virus Corona hingga bisa membangkitkan kembali perekonomian rakyat dalam skala kecil serta perekonomian negara dalam skala besar.
Dalam keadaan prihatin ini semua tetap selalu berusaha dan berdoa agar Indonesia bisa bangkit dengan jiwa yang lebih bersih untuk meraih tujuan nasional dan kejayaan.Â
Semoga Allah meridhoi semua doa dan harapan anak negeri yang sedang menyambut datangnya hari kemenangan. Meski untuk menyambutnya tentu tidak ada kemeriahan seperti tahun sebelumnya.Â
Suka cita atau prihatin tak menjadikan kita tak berbahagia karena bisa melalui bulan Ramadan yang akan diakhiri dengan takbir. Ya... lebaran sebentar lagi.
---