Segera kami telepon bulik dan mbak. Akhirnya mereka datang ke rumah diikuti tetangga yang baru saja pulang dari masjid dan mushala.Â
Tak lama ibu yang tadi tertidur, akhirnya bangun. Ibu hendak bicara tetapi suaranya pelo. Aku semakin yakin bahwa ibu terserang stroke.
Oleh petugas kesehatan kami diarahkan untuk segera membawa ibu ke rumah sakit. Ibu akan tertolong jika segera ditangani dokter.
**
Sepulang dari rumah sakit, aku yang sering menengok ibu di rumah. Ya karena tempat kerjaku sangat dekat dengan rumah ibu.
Sedih juga, dulunya ibu begitu aktif melakukan kegiatan ini-itu. Tetapi harus banyak tiduran. Ibu masih harus terapi duduk. Butuh waktu lama agar ibu bisa duduk tanpa merasa pusing.
Untuk membantu terapi ibu kami meminta terapis, pak Ismet, dari RSUD. Pak Ismet melakukan terapi sekali dalam seminggu.Â
Aku dan saudaraku memperhatikan bagaimana cara memberikan terapi wicara dan gerak. Saat itu pasti ibu down tetapi dibuang jauh-jauh perasaannya. Meski sesekali memberikan kode bahwa tangannya sakit jika diterapi.
"Sakit karena masih kaku, ibu. Makanya semangat berlatih ya. Nanti putrane ibu bantu. Yang penting ibu manut pada mereka."
Ibu mengangguk.
**