Masjid Agung Al-Ikhlas Wonosari, Kesan dari Kecil hingga Kini

Ruang utama untuk shalat. Dokumen: Hafidz Fathurrohaman

Sementara untuk sisi utama bangunan masjid dipergunakan sebagai tempat shalat. Suasana sejuk masjid karena terpengaruh desain masjid yang tinggi. Tempat salat ini belum lama direhab demi kenyamanan dan khusyuknya para jamaah dalam shalatnya.

Perbandingan mustaka masjid. Dokumen: FB Masjid Agung Al Ikhlas Wonosari

Rehab sendiri ternyata juga terjadi pada sisi mustaka. Saat ini mustaka masjid berbentuk kubah khas masjid di Indonesia. Banyak yang tak menyadari perubahan bentuk mustaka ini. Saya mengetahuinya ketika membuka akun media sosial Masjid Agung Al Ikhlas Wonosari. Malah teman saya yang wira-wiri kerja di sekitar Wonosari juga tidak menyadarinya. 

Oh iya untuk atap masjid tidak banyak perubahannya. Atap masjid ini dibuat bertingkat juga. Khas sekali pengaruh budaya Hindunya seperti pada masjid Demak. Perpaduan pengaruh modern dan budaya Hindu masih jelas terlihat.

Akan tetapi untuk menara masjid masih sama dengan bagian ujung menara yang sangat khas dan unik. 

Menara Masjid Al Ikhlas Wonosari. Dokumen: Mega Nur Pratiwi

Eh...tadi saya menyinggung kenangan tentang Masjid Agung Al Ikhlas. Kenangan saya yang pertama, semasa kecil sering lomba keagamaan di sana. Jadi saya ingat betul, meski rumah jauh dari Masjid Al Ikhlas, bahwa dari luar bangunan masjid secara umum masih tetap sama, khas seperti dulu. Cuma mustaka atau kubahnya saja yang kini berbeda.

Semasa SMA, karena SMA saya di sebelah selatan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gunungkidul, dengan jarak hanya beberapa ratus meter, pasti ke masjid ini jika ada peringatan keagamaan. Bertempat di sisi atau ruang utama masjid yang sejuk dan nyaman.

Terakhir, saya dipertemukan dengan calon suami di sana. Ehemmm.

Ya begitulah. Masjid Agung Al Ikhlas Wonosari benar-benar berkesan bagi saya dan siapapun warganya. Meski dengan kesan yang berbeda.