Yang akan berat jika ibu ternyata baru berhalangan puasa karena haid, nifas atau menyusui bayi misalnya. Anak-anak pasti akan protes jika mengetahui ---tanpa sengaja--- bahwa ibunya makan di waktu siang hari. Akhirnya anak akan uring-uringan. Jika demikian adanya, anak mengancam kalau tidak akan puasa lagi.
Namun jika anak sudah memasuki usia 7 atau 8 tahun, anak bisa mulai diberi pengertian jika suatu saat mereka tanpa sengaja mengetahui ibu sedang makan saat siang hari.
Saya sendiri memberi pengertian kepada anak juga agak sulit di tahun-tahun sebelumnya. Saya hanya mengandalkan Buku Kegiatan Ramadan (BKR) yang dipegang anak-anak.
Ya anak-anak dibekali BKR oleh sekolah setiap bulan Ramadan. Di sana selain ada tabel kegiatan atau amalan selama bulan Ramadan juga ada pedoman berpuasa.Â
Ada pedoman tentang pengertian, dasar hukum berpuasa, syarat wajib puasa, syarat sahnya puasa, rukun puasa, amalan sunnah menurut tuntunan Nabi, hal-hal yang mengurangi pahala ibadah puasa, yang membatalkan puasa, serta hikmah puasa.
Pada saat memandu atau membacakan pedoman tadi, pada poin syarat sahnya puasa, saya sering menerangkan, jika ibu tidak puasa berarti ibu sedang haid. Nah anak-anak pastinya juga belum tahu, haid itu seperti apa.Â
Saya sendiri hanya menjelaskan bahwa haid itu perut ibu sakit tapi bukan karena ingin BAB. Anak-anak akan memahami apalagi saudaranya juga sering bercerita kalau perut ibunya baru berdarah.Â
Meski anak telah mengerti namun tetap saja sebagai ibu yang memang menjadi contoh bagi anak dalam segala hal, harus tetap hati-hati. Ibu tidak boleh makan terang-terangan di depan anak. Makan harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi juga.
Kenapa begitu?
Anak-anak akan belajar menghormati orang yang berpuasa. Anak juga akan belajar tentang hikmah puasa seperti melatih kesabaran, keikhlasan, kejujuran, menumbuhkan kedisiplinan, melatih kepekaan sosial, rasa setia kawan, solidaritas dan selalu bersyukur kepada Allah.