Tentang Sentilan untuk SayaÂ
Setelah mengikuti dan menyimak blogshop perdana yang dipandu oleh mbak Widha, saya mendapatkan ilmu yang luar biasa dalam tulis menulis.
Dari ilmu yang disampaikan mbak Widha, saya seakan sedikit disentil atau diingatkan. Tak apa. Saya mengakui dan menyadari beberapa kekeliruan saya selama ini. Terutama dalam penulisan artikel di Kompasiana. Kekeliruan itu semoga bisa saya perbaiki ke depannya dan bisa menjadi lebih baik.
Selama menjalani hobi menulis, saya sekadar menuangkan isi hati dan isi pikiran. Terus terang ketika pertama kali bergabung dengan Kompasiana, saya tak paham dengan "kelas-kelas artikel" mulai dari Artikel Utama, Pilihan, feature dan artikel lainnya. Tak saya pikirkan itu semua. Baru beberapa waktu terakhir saya pahami.Â
Saya cerita saja, boleh percaya atau tidak, ketika pertama kali mendapatkan Artikel Utama saya tak paham. Saat itu tulisannya tentang pengalaman saya dalam menghadapi siswa ABK di kelas saya.
Terus terang saya tak ambil pusing ketika tulisan saya diapresiasi dengan ganjaran Artikel Utama-kah, pilihan-kah atau biasa-biasa saja. Yang penting nulis saja. Itu prinsip saya.
Untuk saat ini dan seterusnya, saya berpegang untuk menulis sesuatu yang bernilai dan bermanfaat. Akan tetapi kanal yang saya pilih tak jauh dengan dunia saya. Untuk urusan politik, pemerintahan bukan menjadi passion saya. Saya angkat tangan perkara ini.
Ketika menulis, saya berangkat dari kedekatan saya dengan dunia pendidikan maupun anak. Biar mudah dalam menulis dan mengembangkan atau menggali gagasan agar menjadi tulisan yang menarik. Cerpen, artikel selalu dekat dengan dunia saya.Â
Lalu bagaimana setelah artikel jadi? Inilah yang kurang saya pahami selama ini. Saya biasanya kalau memposting atau mempublikasikan tulisan, asal sudah jadi maka langsung saya posting. Tak peduli tulisan fiksi, edukasi, dan sebagainya.
Ternyata, saat pagi para pembaca membutuhkan berita dibandingkan dengan opini, fiksi atau jenis tulisan lain. Tulisan humaniora dan opini ringan masuk di waktu siang. Sementara saat sore sampai malam tulisan humaniora dan fiksi yang paling pas.
Saya jadi ingat, dulu pas menulis cerbung tentang keluarga Husna, dan kisah Sherly, saya posting saat pagi hari. Emak-emak banget rasanya. Seperti dekat dengan sinetron. Heheee. Sungguh pemilihan waktu yang kurang tepat.
Nah karena sudah tahu penjelasan dari mbak Widha maka pastinya akan saya hindari tulisan fiksi di pagi hari. Apalagi saat ini memang saya kurang fokus dalam menulis fiksi.
Dalam sehari saya usahakan untuk menulis dan memposting satu tulisan. Ya mengingat kesibukan yang sudah lumayan dibandingkan dahulu. Saya kira itu bisa melatih dan mengasah kemampuan menulis.Â
Kunci keberhasilan menulis adalah belajar dan "menghajar" kemalasan. Itu yang saya tangkap di akhir sesi dari ucapan mbak Widha. Jadi ya harus berlatih, berlatih dan berlatih. Berlatih menulis dengan hati.
Dan yang jelas diusahakan agar tidak melakukan pelanggaran. Dari informasi mbak Widha pelanggaran terbanyak adalah orisinalitas. Terlalu banyak copas. Disusul dengan mencantumkan gambar tanpa sumber yang jelas.
Hal ini pernah saya alami. Akibatnya admin K mengirimkan surat cintanya. Surat cinta yang membuat saya harus lebih hati-hati dan mawas diri. Semoga saja untuk kali ini dan seterusnya tak ada surat cinta tadi.Â
Berikutnya, pelanggaran kedua yang sering terjadi adalah mencantumkan gambar tanpa keterangan yang jelas.Â
Bismillah saja untuk memegang prinsip utama dalam menulis, orisinalitas. Disusul dengan otentiknya tulisan, memiliki keunikan serta memperhatikan waktu pemostingan tulisan, agar bisa menarik pembaca.Â
Blogshop ini sangat bermanfaat bagi saya agar ke depannya bisa lebih baik dalam menulis. Meski disentil, saya merasa perlu berterimakasih kepada mbak Widha dan seluruh kru Kompasiana. Ya istilahnya mereka guru, saya murid. Kalau saya diingatkan dan disentil pasti karena gurunya ingin muridnya tidak berbuat kekeliruan.
Di akhir tulisan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada mbak Widha dan kru Kompasiana lainnya. Kalian adalah guru yang baik. Blogshop dengan topik lainnya tentu saya tunggu ya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H