Lalu kapankah saya melakukan hal yang dilakukan teman saya? Tentunya ketika saya dan suami sama-sama akan berangkat kerja. Membiasakan salaman dengan mencium punggung tangan suami entah di ruang tamu atau teras, sebagai bentuk kepatuhan saya dan saat kerja akan memberikan efek positif. Setidaknya saya menjaga pandangan saya. Jika dilakukan di ruang tamu, biasanya suami mencium kening, tetapi kalau di luar rumah ada rasa canggung jika dilihat tetangga.Â
Kemudian saat suami pulang kerja, saat saya repot mengurus anak atau rumah, saya memang jarang menyambut di pintu rumah. Akan tetapi suami saya mendatangi saya dan barulah saya menyalami dan mencium punggung tangannya.
Senyumkah saya padanya? Di balik kerepotan saya, terkadang melupakan sejenak akan senyuman itu. Namun ketika menyadari itu, saya ungkapkan perasaan melalui pertanyaan bagaimana kerjanya, dari dinaskah, tumben pulang lebih awal dan sebagainya yang menunjukkan kehangatan untuk suami.
Senyum memang mudah dan murah dilakukan namun adakalanya di waktu-waktu tertentu menjadi sebuah hal yang berat. Namun semua pasangan harus menyadari kekuatan senyuman satu sama lain, agar tidak tergoda senyuman orang lain di luar rumah.Â
Kita perlu ingat bahwa senyuman akan membawa kebahagiaan bagi yang melihatnya. Jadi, memang senyum, salaman dan ciuman di punggung tangan suami dan kening isteri akan membawa kebahagiaan. Bukankah itu yang diinginkah setiap pasangan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H