Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

WFH: Orangtua Boros, Anak Untung

1 April 2020   22:13 Diperbarui: 1 April 2020   22:25 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: nova.grid.id

Selama WFH banyak orang yang mengeluhkan bahwa pengeluaran mereka lebih banyak daripada hari-hari efektif bekerja di kantor. Saya paham dan memang begitu adanya.

Setidaknya ada beberapa hal yang menyebabkan lebih banyaknya pengeluaran di masa-masa WFH. Yang jelas hampir semua anggota keluarga yang stay at home. Mengurangi kegiatan di luar rumah. Termasuk jajan di luar rumah.

Saya pribadi menilai bahwa jajan ---belanja sayur matang dan sejenis--- terasa lebih ringan dalam hal pengeluaran dan waktu. Dengan harga sayur matang 5000 rupiah misalnya, sudah bisa dinikmati seluruh keluarga. Tentu biaya 5000 rupiah tidak cukup ketika digunakan untuk belanja sayur mentah, aneka bumbu. Belum lagi waktu yang cukup lama untuk memasak. Ini juga berlaku untuk aneka menu lainnya.

Namun karena kondisi yang membuat hati ketar-ketir di tengah merebaknya virus corona, kebanyakan orangtua ---terutama ibu-ibu--- standby di rumah. Ibu akan ikhlas memasak dan mengawasi sekaligus membimbing anaknya yang kemungkinan mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas dalam pembelajaran online.

Karena semua anggota keluarga di rumah, Ibu akan menyetok sayuran, serta bahan makanan lain. Setidaknya untuk beberapa hari. Karena tidak memungkinkan jika harus setiap hari berbelanja di luar. 

Nah ketika memasak aneka bahan makanan tersebut, maka ibu akan menyiapkan camilan juga untuk seluruh anggota keluarga. Tak hanya sekali dalam sehari. Bisa dua atau tiga kali. Dan pastinya ibu selalu berusaha menghadirkan camilan yang sehat juga. Camilan yang sehat tentunya butuh modal yang lumayan.

Terkadang menyiapkan beberapa kali camilan pun terasa kurang saja. Itulah yang dirasakan oleh orangtua, terutama ibu yang memegang kendali keuangan keluarga.

Namun bagi saya pribadi, asal keluarga tidak kelaparan, berapapun saya tidak keberatan. Bagaimanapun caranya saya siapkan. Bukan menyiapkan hal yang mewah tentunya. Akan tetapi yang disiapkan adalah menu yang kira-kira disukai anak. Merekalah yang diutamakan dalam pemilihan menu makanan.

Kenapa anak-anak perlu diprioritaskan? Jika mereka suka, secara otomatis orang tua akan menyukainya karena orang tua sudah terbiasa mengalah. Toh menu yang disiapkan juga menu makanan yang sehat.

Dalam kondisi WFH, jika orang tua merasakan pengeluaran yang boros, maka sebaliknya bagi anak. Setidaknya itu yang anak-anak alami. Anak-anak saya tetap saya beri uang jatah jajan seperti saat sekolah. Namun, saya mewajibkan anak-anak untuk memasukkan uang jajan itu ke celengan mereka. Kenapa? Saya memberikan aturan tidak tertulis, bahwa selama mereka bersekolah di rumah, mereka tidak boleh sembarangan jajan. Meski hanya ke warung terdekat. Jika mereka ngeyel maka saya perlihatkan WA dari guru kelasnya yang mewajibkan anak berada di rumah demi kesehatan.

Saya ingin mendidik anak-anak untuk belajar hemat. Jadi ketika diberi jatah uang jajan, bukan berarti mereka bebas jajan. Saya sudah menyediakan camilan sebagai ganti makanan jajan mereka. Jadi tak perlu lagi jajan di luar rumah.

Mereka sudah paham hal tersebut. Akhirnya mereka berlomba untuk menambah tabungan di sekolah mereka. Mereka akan menabung jatah uang jajan ---selama belajar di rumah--- di tabungan sekolah ketika pelajaran di sekolah sudah normal kembali.

Mereka sudah punya keinginan akan hasil tabungannya kelak. Mereka ingin pergunakan untuk membeli barang impian mereka. Jika mereka sudah berpikir seperti itu, saya akan lebih mudah mengajak mereka untuk hidup hemat dan tahu mana yang harus diprioritaskan dan mana yang tidak.

WFH memang terasa boros bagi saya dan suami, namun bagi anak-anak akan mendapatkan tabungan yang bisa mereka pergunakan kelak di kemudian hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun