Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Beberapa Aktivitas Menyenangkan bagi Anak dalam Masa "Dirumahkan"

27 Maret 2020   13:31 Diperbarui: 27 Maret 2020   13:51 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ajak anak menikmati suasana luar rumah. Dokpri

"Ibu, aku jeguran neng belik karo Key ya!" anak saya merengek dan merayu agar diizinkan jeguran ---mandi--- di belik.

"Belum boleh, ndhuk. Kamu mandi di rumah saja."

"Halah. Kata Key kalau kolam renang tutup karena Corona."

Saya mengangguk.

"Makanya aku jeguran di belik ya, bu!"

"Nggak boleh, ndhuk!"

Anak saya merengut. Butuh kesabaran untuk memahamkan agar bisa hidup hati-hati di masa pandemi corona ini.

Bagaimanapun anak-anak harus diedukasi agar tidak sembarangan melakukan aktivitas di luar rumah. Apalagi saya tak selalu mengawasi mereka bergaul dengan siapa. Saya juga tidak tahu, siapa saja yang sudah melakukan aktivitas di belik yang merupakan sendang air di dusun.

Tentu pikiran anak yang selalu riang dan ingin selalu bebas dan senang memang rindu bermain air di tempat umum. Karenanya, anak saya kembali kesal ketika saya suruh mandi di rumah.

"Nak, dulu ada orang Jakarta yang ke kampung kita. Kan kita nggak tahu dia bawa virus atau nggak. Virus nggak kelihatan loh."

"Iya. Ngerti" jawabnya dengan kesal.

"Makanya tunda dulu bermain airnya ya. Kalau Corona sudah berlalu kita ke kolam renang."

"Tapi ibu janji ya. Nggak bohong!"

**

WFH dan SFH sangat luar biasa bagi saya dan keluarga. Mungkin bagi orang lain juga. Harus memantau anak dan sabar memberikan pengertian bagi anak agar tidak keluyuran dan beraktivitas secara bebas di luar rumah.

Untuk mengingatkan bahwa mereka tidak libur tentu sangat sulit. Harus berulangkali menunjukkan peringatan dari guru mereka. Dengan bahasa anak yang mudah dipahami. Terkadang saya pribadi lupa bahwa saya bicara dengan anak-anak yang pikirannya masih polos.

Masa-masa di mana semua orang harus waspada tak jarang membuat stress atau uring-uringan, entah anak maupun orangtua. Bagaimanapun orangtua harus terus dan terus mengingatkan anak. Diusahakan semua lancar.

Nah untuk kelancaran dalam mengkarantina anak maka harus ada kerjasama antara ibu dan bapaknya. Di saat ibu tidak digubris lagi ucapannya, maka bapaknya yang harus memberitahukan kepada anak tentang pentingnya kewaspadaan atas virus corona ini.

Orang tualah yang berperan penting dalam mendidik anak, termasuk informasi virus corona. Saling memberikan dukungan kepada satu sama lain. Jika perlu buat jadwal khusus selama anak belajar di rumah. 

Memang mereka sedang belajar, hanya tempatnya pindah ke rumah. Orang tua perlu membuat jadwak karenanya. Akan tetapi jadwalnya tidak sama persis seperti jadwal pelajaran di sekolah. Akan sangat repot jika peran guru di sekolah digantikan orangtua seratus persen.

Jadwal dimulai pagi hari. Diawali shalat Subuh. Selanjutnya sarapan, olahraga dan berjemur. Ini penting untuk menjaga kebugaran tubuh. Selain itu, karena anak terbiasa shalat dhuha di sekolah, maka mereka juga dijadwal untuk shalat dhuha meski hanya dua rakaat.

Setelah itu anak boleh menonton televisi. Pastikan bahwa mereka menonton tayangan sesuai dengan usia mereka agar kejiwaan mereka berkembang sebagaimana anak seumurannya.

Jadwal bisa dilanjut dengan shalat dhuhur dan istirahat siang. Syukur kalau anak bisa tidur siang. Tentu tenaga anak dan orangtua tidak akan terkuras selama seharian. Stamina tetap terjaga.

Begitu bangun tidur, sore hari anak bisa diberi aktivitas positif. Entah membuat kolase, cerita singkat, menggambar, poster mini dan sebagainya. Orangtua hanya perlu menyiapkan bahan sederhana. Seperti kertas folio, buku gambar atau buku tulis. 

Kertas folio, buku gambar atau buku tulis bisa digunakan untuk membuat cerita singkat, poster mini dengan bahan kertas origami atau koran bekas. Biarkan mereka berkreasi sesuai kreativitas masing-masing. 

Cerita sederhana buatan anak-anak. Dokpri
Cerita sederhana buatan anak-anak. Dokpri
Sambungan cerita dengan warna dan bentuk mobil yang tak sama pun tak apa. Besok masih lanjut lagi ceritanya. Dokpri
Sambungan cerita dengan warna dan bentuk mobil yang tak sama pun tak apa. Besok masih lanjut lagi ceritanya. Dokpri
Jika selesai, ajak anak bermain di sekitar rumah. Mengelilingi kebonan, atau taman di depan rumah. Biar mereka bisa menikmati suasana sejuk saat sore hari. Perlu juga disiapkan teh atau susu beserta camilan untuk anak.

Ajak anak menikmati suasana luar rumah. Dokpri
Ajak anak menikmati suasana luar rumah. Dokpri
Pada malam hari, sesekali orang tua juga bisa mendongeng. Bisa dengan membaca buku kisah nabi, cerita rakyat, fabel dan sebagainya.

Bila tidak memiliki buku-buku ini, orang tua bisa browsing di internet. Ada banyak cerita anak di sana. Orang tua tinggal memilihkan cerita apa yang akan didongengkan. Anak akan senang dengan aktivitas ini. 

Jadi mereka tidak akan gabut dalam masa belajar di rumah. Anak sehat, senang dan bahagia, begitu juga orang tuanya.

Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun