"Makanya tunda dulu bermain airnya ya. Kalau Corona sudah berlalu kita ke kolam renang."
"Tapi ibu janji ya. Nggak bohong!"
**
WFH dan SFH sangat luar biasa bagi saya dan keluarga. Mungkin bagi orang lain juga. Harus memantau anak dan sabar memberikan pengertian bagi anak agar tidak keluyuran dan beraktivitas secara bebas di luar rumah.
Untuk mengingatkan bahwa mereka tidak libur tentu sangat sulit. Harus berulangkali menunjukkan peringatan dari guru mereka. Dengan bahasa anak yang mudah dipahami. Terkadang saya pribadi lupa bahwa saya bicara dengan anak-anak yang pikirannya masih polos.
Masa-masa di mana semua orang harus waspada tak jarang membuat stress atau uring-uringan, entah anak maupun orangtua. Bagaimanapun orangtua harus terus dan terus mengingatkan anak. Diusahakan semua lancar.
Nah untuk kelancaran dalam mengkarantina anak maka harus ada kerjasama antara ibu dan bapaknya. Di saat ibu tidak digubris lagi ucapannya, maka bapaknya yang harus memberitahukan kepada anak tentang pentingnya kewaspadaan atas virus corona ini.
Orang tualah yang berperan penting dalam mendidik anak, termasuk informasi virus corona. Saling memberikan dukungan kepada satu sama lain. Jika perlu buat jadwal khusus selama anak belajar di rumah.Â
Memang mereka sedang belajar, hanya tempatnya pindah ke rumah. Orang tua perlu membuat jadwak karenanya. Akan tetapi jadwalnya tidak sama persis seperti jadwal pelajaran di sekolah. Akan sangat repot jika peran guru di sekolah digantikan orangtua seratus persen.
Jadwal dimulai pagi hari. Diawali shalat Subuh. Selanjutnya sarapan, olahraga dan berjemur. Ini penting untuk menjaga kebugaran tubuh. Selain itu, karena anak terbiasa shalat dhuha di sekolah, maka mereka juga dijadwal untuk shalat dhuha meski hanya dua rakaat.
Setelah itu anak boleh menonton televisi. Pastikan bahwa mereka menonton tayangan sesuai dengan usia mereka agar kejiwaan mereka berkembang sebagaimana anak seumurannya.