"Ibu, aku jeguran neng belik karo Key ya!" anak saya merengek dan merayu agar diizinkan jeguran ---mandi--- di belik.
"Belum boleh, ndhuk. Kamu mandi di rumah saja."
"Halah. Kata Key kalau kolam renang tutup karena Corona."
Saya mengangguk.
"Makanya aku jeguran di belik ya, bu!"
"Nggak boleh, ndhuk!"
Anak saya merengut. Butuh kesabaran untuk memahamkan agar bisa hidup hati-hati di masa pandemi corona ini.
Bagaimanapun anak-anak harus diedukasi agar tidak sembarangan melakukan aktivitas di luar rumah. Apalagi saya tak selalu mengawasi mereka bergaul dengan siapa. Saya juga tidak tahu, siapa saja yang sudah melakukan aktivitas di belik yang merupakan sendang air di dusun.
Tentu pikiran anak yang selalu riang dan ingin selalu bebas dan senang memang rindu bermain air di tempat umum. Karenanya, anak saya kembali kesal ketika saya suruh mandi di rumah.
"Nak, dulu ada orang Jakarta yang ke kampung kita. Kan kita nggak tahu dia bawa virus atau nggak. Virus nggak kelihatan loh."
"Iya. Ngerti" jawabnya dengan kesal.