UN resmi dibatalkan untuk tahun pelajaran 2019/2020. Secara resmi pemerintah memutuskan pembatalan UN tersebut setelah terbit usulan dari BSNP.
Melihat dan menyimak pemberitaan tentang virus corona yang mengalami peningkatan, BSNP mengusulkan UN dibatalkan demi kemaslahatan orang banyak.
Ya meski pembatalan itu mengundang kekecewaan bagi siswa yang bersangkutan, orang tua atau wali siswa, guru baik yang mengajar di sekolah maupun guru yang merupakan Tim Pembuat soal UN.
Sekali lagi langkah pembatalan UN pastinya memikirkan banyak hal. Para penyelenggara UN pasti memiliki beban moril jika UN tetap dilaksanakan.
BSNP sebagai penyelenggara UN merasa perlu memprioritaskan kesehatan dan keselamatan para petugas di tingkat bawah yang harus menyiapkan komputer demi kelancaram UNBK. Saya anggap mereka sebagai ujung tombak kelancaran UNBK.
Mereka rela berada di sekolah demi proses sinkron soal yang jadwalnya bisa berubah jika ternyata server down. Itu tentu saja membuat mereka menunggu lagi untuk proses sinkron soal lagi.
Berikutnya, pembelajaran dan kegiatan pengayaan atau les meski dilaksanakan akan tetapi tidak semaksimal tahun-tahun sebelumnya. Ada banyak daerah yang merumahkan siswa. Artinya siswa belajar secara online dari rumah. Sudah tentu ini tidak seefektif pembelajaran biasanya.
Kekecewaan atas pembatalan UN yang rencananya menjadi UN terakhir di Republik Indonesia ini memang wajar. Keputusan yang tak terduga. Setelah sekolah kebingungan juga tentang bagaimana juknis pelaksanaan UN.Â
Meski les demi les dilaksanakan, mengundang para orangtua siswa belum dilaksanakan karena belum jelasnya UN tahun ini, akan diundurkah atau ada langkah lainnya.
Pada hari inilah kejelasan keputusan resmi telah ada dan diumumkan. Semoga menjadi langkah terbaik demi bangsa. Untuk para siswa, orangtua, guru dan siapapun, mari berpikir positif. Semoga langkah ini menjadi langkah terbaik untuk saat ini.Â
Ilmu sampai kapanpun tidak akan sia-sia. Tetapi hidup akan sia-sia jika tidak memprioritaskan kesehatan.
Lalu bagaimana dengan PAT atau UAS yang belum terlaksana?Â
Untuk tingkatan SD, secara umum para guru baru melaksanakan pembelajaran sampai tema 7. Masih tersisa tema 8 dan 9 yang diberikan secara LDR atau online. Banyak keluhan yang muncul dari para siswa dan orangtua. Sulit mengerjakan tugas harian pengganti pembelajaran.
Jika sampai minggu pertama bulan April belum juga aman dari gangguan virus corona, sementara sekitar akhir April umat Islam telah melaksanakan ibadah puasa Ramadan.
Memang pembelajaran selama bulan Ramadan tetap dilaksanakan, tetapi durasi per-pertemuan tidak seperti pada pertemuan biasanya. Akan ada pengurangan durasi jam pelajaran.
Melihat kondisi seperti itu, pembelajaran tidak akan selesai. Apalagi pada kalender Akademik bulan Mei atau awal Juni sudah terjadwal untuk PAT atau UAS. Jika UN dibatalkan, saya yakin PAT atau UAS tidak dibatalkan.Â
Semoga saja ada langkah terbaik untuk pendidikan di Indonesia dalam kondisi darurat seperti ini. Dan pastinya kita berharap dan berdoa, Penderita virus corona terhenti sampai di angka saat ini.
Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H