Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Suara Hati Guru dan Tenaga Kependidikan Saat Pasien Positif Virus Corona Semakin Banyak

22 Maret 2020   10:06 Diperbarui: 22 Maret 2020   10:07 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Virus corona semakin hari semakin menyebar. Dari pengumuman awal yang positif 2 orang, kini menjadi 450 pasien. 

Rakyat diharap tenang dan tetap berada di rumah. Himbauan datang dari dokter dan petugas kesehatan yang lain. 

"Kami di rumah sakit untuk anda, tolong anda tetap berada di rumah untuk kami."

Begitu himbauan yang beredar di dunia maya dengan berbagai versi. Dengan inti yang sama. Mengingat angka persebaran virus yang begitu cepat dan membuat masyarakat semakin cemas dengan kondisi yang ada.

Berita yang bertebaran di dunia maya, televisi dan sebagainya menambah keresahan dalam masyarakat. Ada tips lagi dari RSCM agar membaca dan mendengar berita hanya dua kali sehari. Agar mental tidak menjadi sakit karena sakit mental akan berpengaruh pada kesehatan tubuh.

Ya kami setuju dengan ini. Terkadang sakit memang bisa disebabkan oleh pikiran yang ngombro-ngombro alias entah ke mana. 

Berkaitan dengan hal tersebut, banyak pertanyaan kenapa kebijakan bekerja dari rumah tidak berlaku bagi orang-orang yang bekerja di dunia pendidikan? Dari tenaga pendidik, tenaga kependidikan, pegawai dinas dan sebagainya.

Kami berharap para pahlawan dunia pendidikan dan keluarganya selalu sehat dan tidak mempan virus corona itu. Namun kami tentu merasa khawatir dengan kesehatan kami dan keluarga juga tentunya.

Dalam kesempatan ini, saya dan para tenaga di dunia pendidikan ingin sekali bekerja di rumah, seperti dosen-dosen di perguruan tinggi. Bukan tanpa alasan tentunya.

Pertama kami memiliki anak-anak juga yang belajar di rumah dan harus dijaga agar tidak ke mana-mana. Lucu juga ketika di sekolah ---para guru terutama--- meminta bantuan para orangtua siswa untuk memantau belajar ketika di rumah. Sementara di sisi lain, anak sendiri malah di rumah tanpa pantauan maksimal dari orangtuanya yang guru atau tenaga kependidikan.

Beruntung jika tugas tidak dikumpulkan pada deadline tertentu, kami masih bisa membantu anak-anak untuk mengerjakan tugas pengganti pelajaran di sekolah. Namun bagaimana jika tugas harus deadline pada jam tertentu di mana kami masih di kantor?

Apakah kami tidak boleh membimbing dan mengawasi anak-anak kami dengan tenang? Sementara wabah virus corona semakin membuat hati tak menentu.

Jika mas Nadiem sudah mengeluarkan ajakan untuk belajar dan bekerja di rumah, mengapa itu tak dilaksanakan oleh semua dinas kabupaten? Karena guru dan tenaga kependidikan masih masuk kerja, di dunia maya ada yang mencibir guru juga. Katanya guru kok tetep nekat masuk, wong Mas Nadiem saja sudah mengajak kerja di rumah. Saya yakin yang mencibir kami pasti bukan berprofesi di dunia pendidikan.

Jadi dalam anggapan mereka, guru bisanya cuma menasehati tapi untuk melaksanakan himbauan malah ngeyel. Orang Jawa bilang gedhang wohe pakel. Sebuah pepatah Jawa yang intinya kurang lebih menggambarkan betapa mudahnya berbicara namun untuk melaksanakan, mengerjakan, atau mewujudkannya sulit dan tidak dilakukan. Rasanya sedih juga. Wong kami masuk kerja juga karena ada aturan dari dinas.

Jujur, kami masih merasa menjadi rakyat Indonesia yang ingin menjadi contoh pada anak bangsa untuk di rumah sekalipun bekerja. Siswa yang tak paham juga akan ngeyel untuk berdiam diri di rumah karena melihat gurunya tak berada di rumah. Yang namanya siswa pasti mudah kalau mencontoh gurunya. 

Semoga suara hati para tenaga di dunia pendidikan bisa didengar dan menjadi pertimbangan untuk memberlakukan hal yang sama yaitu bekerja dari rumah. Demi mengurangi dan memutus rantai persebaran virus mematikan itu. Jangan sampai kejadian di Italia juga terjadi di Indonesia karena kebijakan yang mewajibkan para tenaga di dunia pendidikan tetap ke kantor.

Salam sehat untuk para tenaga pendidik, kependidikan di sekolah maupun dinas. Semoga Allah melindungi kita dan keluarga tercinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun