Apakah kami tidak boleh membimbing dan mengawasi anak-anak kami dengan tenang? Sementara wabah virus corona semakin membuat hati tak menentu.
Jika mas Nadiem sudah mengeluarkan ajakan untuk belajar dan bekerja di rumah, mengapa itu tak dilaksanakan oleh semua dinas kabupaten? Karena guru dan tenaga kependidikan masih masuk kerja, di dunia maya ada yang mencibir guru juga. Katanya guru kok tetep nekat masuk, wong Mas Nadiem saja sudah mengajak kerja di rumah. Saya yakin yang mencibir kami pasti bukan berprofesi di dunia pendidikan.
Jadi dalam anggapan mereka, guru bisanya cuma menasehati tapi untuk melaksanakan himbauan malah ngeyel. Orang Jawa bilang gedhang wohe pakel. Sebuah pepatah Jawa yang intinya kurang lebih menggambarkan betapa mudahnya berbicara namun untuk melaksanakan, mengerjakan, atau mewujudkannya sulit dan tidak dilakukan. Rasanya sedih juga. Wong kami masuk kerja juga karena ada aturan dari dinas.
Jujur, kami masih merasa menjadi rakyat Indonesia yang ingin menjadi contoh pada anak bangsa untuk di rumah sekalipun bekerja. Siswa yang tak paham juga akan ngeyel untuk berdiam diri di rumah karena melihat gurunya tak berada di rumah. Yang namanya siswa pasti mudah kalau mencontoh gurunya.Â
Semoga suara hati para tenaga di dunia pendidikan bisa didengar dan menjadi pertimbangan untuk memberlakukan hal yang sama yaitu bekerja dari rumah. Demi mengurangi dan memutus rantai persebaran virus mematikan itu. Jangan sampai kejadian di Italia juga terjadi di Indonesia karena kebijakan yang mewajibkan para tenaga di dunia pendidikan tetap ke kantor.
Salam sehat untuk para tenaga pendidik, kependidikan di sekolah maupun dinas. Semoga Allah melindungi kita dan keluarga tercinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H