Kuliah lagi demi ijazah yang linier pun saya lakukan. Saya sadar bahwa saya bukanlah guru yang hebat, banyak hal yang kurang sempurna. Jalan satu-satunya saya belajar lagi. Untuk kuliah lagi, saya minta izin dari suami karena saya sudah berkeluarga. Memiliki keluarga, segala sesuatu juga perlu dikomunikasikan. Tujuannya agar langkah selalu lancar karena doa restu suami.
Belajar dengan guru dari sekolah lain baik sesama satu gugus maupun di luar gugus tetap saya lakukan. Saling berbagi pengalaman akan membuat pandangan semakin luas.
Selanjutnya, dalam bekerja pasti menemui rasa jenuh dan lelah. Maka saya berusaha mengubah lelah saya menjadi Lillah, bekerja karena Allah. Apalagi saya bekerja di bawah Persyarikatan Muhammadiyah. Ada sebuah nasehat dari pendiri Muhammadiyah, "Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari penghidupan di Muhammadiyah".
Seiring berjalannya waktu, saya pribadi menyelami nasehat itu. Nasehat dari KHA Dahlan. Bekerja secara ikhlas demi Muhammadiyah melalui sekolah, yang pastinya memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pendidikan di Indonesia.
Ketika lelah melanda, menjadi sebuah kebahagiaan ketika melihat di daerah lain berdiri juga sekolah yang sama. Bekerja secara ikhlas, tidak hanya mengharap imbalan itulah yang akhirnya membuka pintu rezeki lain.
Lelah dalam bekerja, bukan berarti menyerah. Harus ingat kembali perjuangan untuk negeri. Hal itu terus dipompakan dari diri dan orang lain dalam lingkup persyarikatan maupun Dinas Pendidikan.
Jangan lupa punya harapan dan mimpi untuk menjadi lebih baik. Saya ingat, dahulu saya pernah matur kepada kepala sekolah, "Semoga saya bisa seperti njenengan nggih, pak..."
Kepala Sekolah langsung menjawab, "Aamiin, bu. Semoga...". Pada akhirnya masa kerja Kepala Sekolah di sekolah kami sudah selesai. Beliau akan ditempatkan di sekolah lain.
Suatu pagi beliau nanting saya, atau bertanya, "Bu, kemarin dari Persyarikatan menanyakan siapa yang memiliki potensi menjadi pengganti saya di sini..."
Agak kaget juga mendengarnya. Saya masih muda untuk menjadi seorang Kepala Sekolah. Nah, menurut para pembaca, saya punya potensi itukah?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H