Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Maulid Nabi, Hari Pahlawan, dan Kemarau Panjang

10 November 2019   10:17 Diperbarui: 10 November 2019   10:35 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini seluruh bangsa Indonesia memperingati hari bersejarah, Hari Pahlawan. Hari yang dilatarbelakangi perjuangan arek- arek Surabaya untuk mempertahankan kemerdekaan. Semangat untuk mempertahankan kemerdekaan dipekikkan dengan takbir yang digemakan Bung Tomo.

Perjuangan di daerah lain pun terjadi. Meski dengan taruhan nyawa, keberadaan Indonesia tentu menjadi sebuah harga mahal sehingga harus dipertahankan, apapun tantangannya.

Sebagai orang Indonesia pastinya harus menghormati jasa-jasa mereka. Selanjutnya kita meneruskan perjuangan perjuangan mereka di masa kini. Berlatih dan melaksanakan nilai- nilai kepahlawanan dari hal yang sederhana.

Bermanfaat bagi sesama dan negara, sesuai dengan passion masing- masing. Mengisi kemerdekaan, istilah tepatnya. Tunaikan pekerjaan secara profesional demi membawa kemajuan bangsa dan negara.

Sebelum memperingati hari Pahlawan, umat Islam juga memperingati Hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tak perlu diperdebatkan, apakah peringatan itu diajarkan dalam ajaran Islam karena peringatan itu sendiri muncul jauh sekali setelah Nabi Muhammad tiada. 

Lihat esensinya saja. Peringatan Maulid Nabi lebih diarahkan untuk mengingat ajaran Nabi yang selalu berpegang pada kalam Ilahi. Selanjutnya perilaku dan ucapan beliau menjadi teladan. Jadilah hadits yang dirawikan oleh sejumlah perawi.

Nabi Muhammad sebagai nabi akhir zaman yang membawa ajaran Islam yang rahmatan lil 'alamiin. Betapa mulianya Nabi dalam bertutur kata dan bersikap kepada siapapun. 

Memperjuangkan hak, meninggikan dan memuliakan kaum hawa, berbuat baik kepada umat lain. Perjuangan demi perjuangan Nabi untuk memuliakan manusia, dan selalu berrtawakal kepada Sang Pencipta itulah yang menjiwai para pahlawan yang berusaha merebut dan mempertahankan kemerdekaan bangsa.

Kita ingat dalam Piagam Jakarta yang akhirnya direvisi menjadi Pembukaan UUD 1945 yang kita kenal seperti sekarang, bahwa Indonesia menyatakan kemerdekaan adalah hak bangsa manapun dan pasti atas rahmat Allah yang Maha Kuasa. Harus ada perjuangan untuk mewujudkannya. Para pahlawan berpegang pada ayat yang intinya bahwa Allah tak akan mengubah keadaan suatu kaum, bila kaum itu tak mau mengubahnya.

Lalu perjuangan masa kini semakin berat. Bukan tak mungkin semua orang bisa menjadi pahlawan. Pahlawan sesuai bidangnya masing- masing dengan tetap bergantung pada Allah.

Mengubah keadaan di sini termasuk berusaha untuk dekat, mengingat alam saat ini kurang bersahabat. Kemarau panjang. Di sinilah manusia diuji. Masih tinggi hatikah? Ingatkah pada tindak- tanduknya? Ingatkah manusia kepada Yang Maha Kuasa?

Perjuangan manusia, terutama umat Muslim, adalah meminta kepadaNya dengan segala kerendahan hati, untuk diturunkan hujan yang penuh manfaat. Manusia memang bisa menciptakan hujan buatan tetapi tingkat keberhasilan bukan seratus persen. Ada kuasa Allah yang menentukan segalanya.

Sesuai tuntunan Nabi, umat muslim melaksanakan shalat istisqa, shalat untuk meminta diturunkan hujan. Usaha, perjuangan dan tawakal padaNya diteladankan oleh Nabi, para pahlawan. Tak ada salahnya kita teladani.

Pada akhirnya saya mengingatkan diri saya sendiri untuk selalu berpegang pada agama, mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. 

Selamat Maulid Nabi! Selamat Hari Pahlawan! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun