Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ini yang Saya Lakukan saat Kewalahan Hadapi "Siswa Istimewa"

9 Oktober 2019   13:31 Diperbarui: 9 Oktober 2019   19:52 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tutor Teman Sebaya dalam pembelajaran asesmen | Dokpri

Menjadi pendidik di sebuah sekolah pasti menghadapi keragaman siswa sekalipun sekolah tempat kerja adalah milik swasta Islam. Keragaman karakter, sifat, kemampuan siswa pastilah ada.

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mendidik mereka, terutama bagi siswa yang istimewa. Istimewa artinya siswa itu menguji kesabaran guru. Secara umum siswa istimewa itu adalah anak yang nakal atau sering membuat ulah dan usil. Sementara dalam hal belajar, konsentrasinya sangat kurang.

Sabar haruslah dipelihara terus oleh guru. Pendekatan yang mengedepankan sikap positif guru, seperti mengajak bicara dari hati ke hati siswa itu. Hindarkan sikap kasar karena sikap seperti itu semakin membuat siswa liar. 

Menghadapi siswa memang gampang-gampang susah. Guru melakukan pendekatan yang halus, siswa sulit dikendalikan namun jika guru agak keras dalam bersikap juga tetap tak dihiraukan. 

Siswa Hiperaktif
Siswa yang hiperaktif akan sulit untuk konsentrasi dalam belajar di sekolah. Tak jarang tugas dari guru tak ditunaikan. Saya juga menghadapi siswa seperti itu. Hanya satu siswa yang sangat istimewa tetapi benar- benar menguras tenaga dan pikiran. Saya harus memeras otak agar siswa mau mengerjakan tugas. Kebetulan siswa itu harus diasesmen.

Siswa itu malah pernah menantang saya ketika saya ingatkan baik-baik. Waktu itu saya mengajaknya belajar membaca. Untuk menulis, siswa itu sudah mulai menyesuaikan diri namun dia harus diingatkan terus menerus.

Okelah. Saya tetap lakukan asesmen. Akan tetapi jika saya merasa kewalahan untuk mengasesmen dia, saya minta bantuan temannya untuk membantu. Terutama membantu ketika menulis. Teman-temannya merasa senang juga diberi amanah atau kepercayaan untuk membantu siswa tersebut. Asal tak membantu menuliskan. Tak segan saya mengingatkan kalau ada siswa yang akan menuliskan tugas.

Tutor teman sebaya. Mungkin pembelajaran itu membuat nyaman si anak sehingga akan lebih bersemangat untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik. 

Bagi siswa lain pun pembelajaran seperti ini semakin memotivasi dirinya untuk lebih baik dalam belajar karena saya meminta siswa yang kemampuan memahami materi pelajaranlah yang saya tunjuk sebagai tutor bagi temannya.

Tutor Teman Sebaya dalam Pembelajaran Matematika

Tutor Teman Sebaya dalam pembelajaran Matematika | Dokpri
Tutor Teman Sebaya dalam pembelajaran Matematika | Dokpri
Untuk pembelajaran Matematika pun saya terapkan langkah yang sama. Sudah sejak tahun-tahun sebelumnya. Ketika saya menjelaskan sebuah materi pelajaran Matematika maka pasti ada yang sudah paham, ada pula yang belum paham. Jika ada yang percaya diri dan penasaran bagaimana cara penyelesaian sebuah pertanyaan, maka dia akan bertanya langsung pada saya.

Saya tetap mengelilingi siswa ketika mengerjakan tugas. Jika lebih banyak siswa yang belum paham maka siswa yang berpotensi saya fungsikan sebagai tutor bagi temannya.

Alhamdulillah siswa menjadi lebih paham tanpa menghabiskan waktu pembelajaran terlalu banyak. Meski sebenarnya tingkat pemahamannya tak 100 persen.

Seperti itulah salah satu cara yang saya lakukan dalam keadaan sudah kewalahan atau siswa sulit menerima pelajaran. Yang jelas saya memang jadi lebih terbantu dan jadi berkurang emosi saya.

Siswa pun menjadi lebih nyaman dalam belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun