Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Batik Walang, Kebanggaan Warga Gunungkidul

2 Oktober 2019   06:59 Diperbarui: 2 Oktober 2019   12:32 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini merupakan Hari Batik Nasional. Pada instansi pemerintah diberikan edaran bahwa hari ini seluruh pegawai mengenakan pakaian batik, termasuk para siswa. 

Batik sebagai warisan budaya diakui sebagai warisan yang harus dilestarikan. Hampir di setiap daerah memiliki batik khas, baik berupa batik tulis maupun batik cap.

Di daerah saya, sejak 2013- an setiap hari Kamis, para pegawai di berbagai instansi kerja wilayah Gunungkidul mengenakan seragam bercorak batik. Batik itu sangat khas dan menjadi ikon dan kebanggaan Gunungkidul. Namanya Batik Walang.

Tahun 2013, pemerintah daerah Gunungkidul sedang gencar-gencarnya mengenalkan Batik Walang ini. Ya... saya ingat awal pemakaian seragam ini ketika saya akan PLPG di Kaliurang.

Peserta dari Gunungkidul kompak mengenakan seragam motif Batik Walang ini. Terus terang ketika pertama kali melihat motifnya terasa aneh. Biasanya motif batik lain bila dijahit bisa simetris. 

Tapi Batik Walang tidak simetris sama sekali. Tak beraturan. Warna pun coklat. Padahal saya kurang suka warna ini. Maklum saya termasuk orang berkulit gelap, kalau saya mengenakan pakaian warna gelap pasti akan semakin gelap.

Akan tetapi beberapa tahun terakhir, seragam batik ini diubah warnanya. Lebih meriah, warna dasar merah bata dan motifnya berwarna kuning. Ngejreng. Pegawai yang tak nyaman dengan warna ini banyak yang mengenakan seragam Batik Walang dengan warna lain. Untuk saat ini sudah banyak pilihan warnanya.

Saya dulu pernah ditanya teman PLPG, "makna filosofi batiknya apa, mbak?"

Terus terang waktu itu saya tak begitu tahu. Ya belum banyak informasi tentang itu. Sebelum Batik Walang ditetapkan sebagai batiknya Gunungkidul, pemerintah daerah mengadakan kompetisi motif batik. Dari sekian batik yang dikompetisikan, Batik Walang-lah yang terpilih.

Nah... Batik Walang bergambar walang atau belalang, daun jati emas dan pola batik tersusun dalam formasi motif lung-lungan hijau. Maknanya adalah harapan agar Gunungkidul subur dan ijo royo-royo. Mengingat daerah Gunungkidul dikenal sebagai daerah yang sering kekeringan.

Saya yakin di daerah para pembaca juga memiliki nilai filosofi pada batik khasnya. Nanti boleh meninggalkan kisahnya di kolom komentar, agar pengetahuan tentang batik bisa semakin luas. 

Di samping para pegawai yang mengenakan seragam Batik Walang para siswa dari tingkat TK juga mengenakan seragam yang sama pada hari Rabu dan Kamis. Warna dasar Batik Walang untuk TK adalah hijau, SD berwarna merah hati, SMP berwarna biru dan SMA berwarna abu-abu.

Guru- guru seKorwilbidik Karangmojo dalam Workshop Pendampingan Implementasi K13. Dokpri
Guru- guru seKorwilbidik Karangmojo dalam Workshop Pendampingan Implementasi K13. Dokpri
Sebagai generasi muda, tak perlu malu mengenakan pakaian batik. Desain pakaian batik pun sekarang sudah beragam, mulai dari model lama sampai modern. 

Batik adalah kebanggaan bangsa yang diakui oleh UNESCO sebagai Masterpieces of the Oral and Intangible Herritage of Humanity sejak 2 Oktober 2009. Kalau bukan kita yang mengenakan dan melestarikan, siapa lagi?

Selamat Hari Batik Nasional!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun