Aku tak peduli kalau aku akan ditertawakan ayah Husna. Aku tak mungkin menunjukkan pesannya bahwa dia akan ke rumah kalau aku masih sayang padanya. Karena itu bisa saja memberikan harapan untuk Husna. Memberi harapan kalau ayah ibunya akan bersama lagi, seperti impiannya.
***
Sampai rumah. Husna ribut untuk meminta HPnya. Aku terpaksa memberikan HPnya meski belum jadwal untuknya memegang HP. Ya...aku menjadwalkan Husna bisa pegang HP ketika hari Jumat dan Sabtu. Karena terpaksa, aku memberikan HP Husna.
Aku akan berikan HP Husna setelah aku mengirimkan pesan pada ayahnya.
"Mas, tolong WA Husna ke HPnya..."
Lama sekali tak ada respon. Sementara Husna semakin ribut untuk meminta HPnya.
"Sebentar Husna. Ibu ganti baju dulu ya..."
Aku menunda- nunda waktu untuk memberikan HP padanya karena ayahnya belum merespon pesanku.
Aku terpaksa menelepon ayah Husna. Ah... lama juga tak diangkat. Bahkan berkali- kali aku meneleponnya. Terakhir aku melakukan video call. Kutunggu beberapa saat. Akhirnya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H