Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Husna

28 Agustus 2019   13:53 Diperbarui: 28 Agustus 2019   20:05 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ayah Husna masih saja ngambek. Tanpa alasan yang bisa masuk akal bagiku. Hanya karena aku berfoto dengan muridku dulu. Aneh bukan?

Ya... Meski berpisah lama namun cintanya untukku dan Husna tak mengering. Terus saja bersemi. Hingga aku dekat dengan lelaki lain saja, dia sewot. Padahal dia sendiri dulu menikahi perempuan lain. Seharusnya aku yang kesal.

Dia sering mengajakku untuk kembali bersama. Demi Husna. Aku jelas berpikir ulang untuk kembali dengannya, meski secara hukum kami belum bercerai. Tetap saja kuanggap kami sudah bercerai secara agama. 

Untuk kembali bersama ayah Husna pasti aku harus menghilangkan pikiranku ketika ayah Husna bersama mantan istrinya. Aku tak mau munafik,  menyiksa hati dan pikiranku. Pasti kepalaku akan memikirkan kebersamaan mereka. Makanya  lebih baik hidup bersama Husna saja.

Keluarganya juga tak menerimaku. Mereka hanya menerima Husna sebagai bagian keluarganya. Tidak denganku. Jadi aku tak mau memupuk harapan yang tak mungkin kucapai.

Kalau ditanya adakah sisa cinta untuk ayah Husna, aku mau menjawabnya. Aku benar- benar ingin menghilangkan rasa untuknya.

Aku hanya ingin Husna mendapatkan kasih sayang ayahnya meski ayah ibunya tak bersama. 

**

Sepanjang jalan ketika pulang sekolah, Husna masih menanyakan balasan dari ayahnya. Sementara aku belum memberikan keterangan apapun.

"Nanti ayah menghubungimu, Husna..."

Aku membohongi Husna. Namun aku berencana menghubungi ayahnya. Akan kuminta pada ayahnya untuk langsung menghubungi nomor Husna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun