Aku membaca pesan Yuni sambil tersenyum.
"Iya, Yun. Aku nggak mungkin berani foto sama lelaki kalau bukan muridku..."
Chat lain juga kubalas satu persatu. Juga chat dari mas Mumtaz. Dia tampaknya kesal. Chatnya tak hanya 2 sampai 5 chat. Saking aku asyik ber-chat ria dengan bu Fika
Mas Mumtaz protes karena aku foto dengan lelaki lain. Alasannya khawatir kalau nanti dilihat Husna yang sudah beranjak remaja. Husna bisa salah paham kalau melihat foto ibu bersama lelaki lain. Kejiwaan Husna bisa terganggu.Â
Aku baru tersadar setelah diprotes Mas Mumtaz. Sumber kebahagiaan Husna itu ibu dan ayahnya. Aku bisa saja menyakiti hati Husna. Ah...untunglah sekarang hari Rabu, HP Husna aku yang pegang.
Buru- buru kuhapus story di WAku.
**
Bakda Asar aku sampai rumah. Di teras ada mas Mumtaz dan Husna. Husna menyambut kepulanganku seperti biasa.
"Dari tadi ayah diam saja. Pegang HP terus, tak seperti biasanya. Ayah kenapa ya, bu? Jadi kelihatan jelek begitu..." Bisik Husna setelah menyalami dan mencium tanganku.