"Kamu pasti tak mampu dan tak tega menyakiti hati ibu, mas. Sudahlah..."
"Tapi aku bisa membagi waktu, Put. Ibu tak harus tahu kalau kita rujuk. Empat hari di rumah ibu, tiga hari bersamamu di sini..."
Mas Mumtaz menawarkan solusi untuk bisa rujuk lagi denganku.
"Seminggu sampai sebulan ibu mungkin bisa dibohongi. Tapi selebihnya ibu akan curiga juga, mas..."
Mas Mumtaz menyadari kalau pemikirannya keliru. Entah apa yang dipikirkannya.
"Aku tak mau kehilangan kamu, Put..."
Ah... penyesalan memang selalu datang terlambat. Kenapa kalimat itu tak diucapkannya dulu ketika Husna berumur enam bulan?Â