Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Semakin Yakin

19 Agustus 2019   13:58 Diperbarui: 19 Agustus 2019   14:09 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perbedaan antara aku dan Sherly bukan penghalang untuk melanjutkan hubungan kami. Jika dia bisa berdamai dengan masa laluku, kenapa aku tak lakukan hal yang sama? Toh masa lalu Sherly juga tak buruk. Masih berada di garis aman. Hanya saja, dia hampir terlibat kisah asmara dengan saudara, meski terbilang jauh juga.

Di balik kegagalannya dulu, ternyata itu lebih menguatkannya sebagai perempuan. Dia menjadi lebih dewasa untuk mengambil sebuah keputusan. Tidak grusa- grusu atau asal dalam melakukan sesuatu.

Menerimaku sebagai calon suami, meski sampai saat ini belum ku lamar, pasti bukan karena kepepet. Prinsipnya, dia tak mau pacaran. Makanya aku berencana untuk segera melamarnya.

Bukan karena terburu- buru juga. Menghindari zina mata dan zina hati. Bagaimanapun jika dua manusia sudah dihinggapi perasaan tertarik pada lawan jenis, harus lebih berhati- hati. Jika tidak, maka akan tergoda pada bisikan dan rayuan setan.

Aku sebagai lelaki, ingin selalu menjaga perempuan terkasihku. Aku tak ingin menyakiti jiwa dan raganya. Aku sangat menghormati sosok calon ibu dari anak- anakku. Kelak aku akan memiliki keturunan juga. Jika anakku perempuan, maka aku takkan rela jika anak gadisku diperlakukan tidak senonoh oleh seorang lelaki.

Begitu juga kalau punya anak lelaki dan sudah dewasa maka aku takkan terima jika berbuat aneh pada perempuan. Aku pasti akan merasa menjadi lelaki yang gagal mendidik anak- anak.

Kubayangkan juga jika ibu atau saudara sepupu perempuanku diperlakukan hina oleh seorang lelaki, aku akan marah pastinya. Jadi ketika aku akan melakukan sesuatu pasti akan kutempatkan diri sebagai korbannya, bukan pelakunya.

Ibu yang menjadi bidadari bersayapku takkan memaafkanku jika aku mempermalukannya. Ibu sudah merawatku dari dalam kandungan dan sampai ku terlahir di dunia. Merawat dalam kondisi lelah, tangis dan perasaan lain, pasti melelahkan.

Karenanya aku ingin jadi kebanggaannya. Aku ingin ibu memiliki mantu yang baik. Aku harus baik terlebih dulu pastinya. Memperbaiki diri sebelum menikahi Sherly harus kulakukan. 

Menikah tak semudah dan seindah dibayangkan. Tapi harus diwujudkan bersama. Semakin hari aku semakin yakin bahwa Sherly adalah perempuan yang diciptakan dari tulang rusukku. Dialah yang dipersiapkan Allah untuk mendampingiku hingga menua dan meraih surgaNya. Menjadi jodoh dunia akhirat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun