Aku masih diam. Rasa kesalku mulai luruh juga. Hanya saja, aku belum bisa menanggapi cerita Sherly.
"Kalau mas nggak percaya juga ya sudah. Nggak pa-pa. Tapi kita nggak usah lanjutkan rencana kita..."
Aku terkejut mendengar ucapan dari perempuan ayu di sampingku itu.Â
"Waduh... kok gitu. Nggak bisa, Sher. Kita tetap lanjutkan..."
"Habis...mas kayak gitu..."
Sherly membuang muka lagi. Gawat  kalau dia menangis lagi. Masa sehari mau menangis dua kali sehari, di depanku lagi.
"Iya... mas percaya..."
Aku mencolek lengan Sherly. Dari tadi Sherly masih buang muka.
"Sher... kok buang muka terus gitu. Aku nggak mau kalau mukamu hilang..."
Sherly menoleh ke arahku. Senyum indahnya terkembang.Â
"Gombalmu, mas..."