Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Pahlawanku] Ibu Pahlawanku

17 Agustus 2019   17:04 Diperbarui: 17 Agustus 2019   18:12 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap manusia pasti memiliki pahlawan yang sangat berjasa bagi kehidupannya. Karena pahlawan tak hanya nama- nama yang tercantum dalam buku sejarah. 

Iya. Nama pahlawan di buku- buku itu sudah jelas berjasa. Tak hanya untuk saudara, keluarga,tetangga. Mereka berjasa bagi nusa dan bangsanya. Semua orang yang mengaku sebagai orang Indonesia sangat menikmati hasil perjuangan berdarah para pahlawan nasional.

Aku juga sangat terinspirasi dengan para pahlawan itu. Mereka berjuang dengan mengorbankan harta, benda dan nyawa. Jika aku hanya mengorbankan sedikit waktu dan pikiran untuk negaraku, mengapa tak kulakukan? 

Ya meski dari perjuanganku itu, terkadang tak dihargai. Menjadi Guru Tidak Tetap atau guru non PNS. Sudahlah, aku tak mau membahas tentang pekerjaanku itu. 

Yang kuceritakan kali ini orang yang paling berjasa untukku. Pertama kali yang kusebut adalah ibuku. Siapapun yang lahir di dunia pasti setuju bahwa ibu adalah pahlawan yang terdekat dengan anak. 

Kelembutan yang diwarnai ketegaran di balik tangis dan rasa lelahnya, benar- benar membuat seorang anak begitu mengagumi ibu. Sejak kecil, apapun yang dibutuhkan, selalu meminta pada ibu. Jarang sekali yang langsung meminta pada bapak.

Dengan pekerjaan yang tak pernah selesai, dari bangun tidur sampai tidur dan bangun lagi. Selalu dengan rutinitas yang hampir sama. Shalat, masak, menyiapkan pakaian anak dan suami, bersih- bersih rumah, mencuci, dan segudang pekerjaan tak lepas dari tangannya.

Aku sangat mengagumi ibu. Ibu begitu sabar mendidik kami, empat putrinya. Aku yakin ibu sangat lelah. Apalagi ketika anak ketiga terlahir kembar. Terbayang kerepotannya ketika merawat si bayi. 

Bahkan seorang teman ibu bercerita bagaimana ketika mengandung anak ketiga yang ternyata kembar. Itupun kembar tiga. Aku termasuk si kembar itu. Meski ketika melahirkan, salah satu di antara si kembar itu meninggal dunia.

"Ibu dulu kesusahan ke kelas, mbak. Saking perutnya besar. Dulu ibu itu tahu kalau mengandung anak kembar. Tapi nggak tahu kalau kembar tiga..."

Melahirkan pun hanya di rumah. Tak dibawa ke bidan, apalagi rumah sakit. Setelah kelahiran si kembar, rumah ibu menjadi lautan manusia. Ya pingin lihat si kembar tiga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun