"Paklik dari Kebumen sampai mengirimkan surat yang isinya juga ada potongan berita tentang kelahiran si kembar tiga..." cerita bulikku.Â
"Walah, sampai masuk koran ya, bulik?" aku bertanya dan merasa surprise juga. Aku sendiri yang kuliah di jurusan Sejarah sempat melacak surat kabar Kedaulatan Rakyat terbitan tahun 1982 untuk melihat berita tentang kelahiran si kembar. Aku melacak surat kabar itu ---di Perpustakaan Daerah di kawasan Jl Malioboro Yogyakarta--- bertepatan dengan tugas mata kuliah Kearsipan. Namun karena koleksi koran yang cukup banyak, aku cukup kesulitan juga menemukannya.
Dari cerita bulikku lagi, ibu sempat pingsan setelah melahirkan si kembar. Akibat terlalu banyak pendarahan. Untunglah ibu selamat. Bisa merawat kami hingga lulus kuliah.Â
Oh iya. Aku sampai lulus SMA belum pernah mengendarai motor. Begitu lulus SMA dan sudah memiliki SIM di bulan Maret 2001, aku langsung ke Jogja dengan memboncengkan kembaranku.Â
Akibatnya ibu tak bisa tidur nyenyak. Waktu itu belum ada alat komunikasi seperti HP. Paling untuk telepon harus ke wartel. Tapi karena aku tinggal di perumahan yang belum ada jaringan telepon maka aku tak bisa memberikan kabar kalau aku sudah sampai perumahan dengan selamat. Begitu aku dan kembaranku pulang di akhir pekan, kebahagiaan ibu benar- benar terasa.
Ah, ibu. Mengenang perjuanganmu dalam membesarkanku sungguh membuat aku bersyukur. Apa yang aku dan saudaraku raih tak lepas dari doa ibu. Alhamdulillah, sampai saat ini meski ibu pernah stroke, kini masih bisa melihat cucu- cucunya yang tingkah polahnya lumayan ketika berkunjung ke rumah beliau.
Ibu, semoga kau dilimpahi kesehatan dan usia yang penuh berkah. Selalu dalam lindunganNya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H