"Tak usah khawatir, Sang. Tak ada sesuatu antara aku dan Sherly kok..."
Andro mengeluarkan sesuatu dari balik jaketnya. Sesuatu yang kutebak adalah undangan masih dipegang Andro. Dia memandangi undangan itu. Entah undangan dari siapa.
Tak berapa lama kemudian, undangan itu diserahkan padaku. Tak ada kata- kata yang terucap dari Andro ketika menyerahkan undangan itu.Â
Kuamati dan kubaca undangan warna biru di tanganku. Ada nama Andro dan Nita.Â
Kembali lagi aku merasa surprise dengan undangan itu. Rasanya baru beberapa hari aku berbincang dengan Nita. Tak ada kabar dari Nita kalau mereka mau menikah. Â Nita hanya menceritakan kisah hidup Andro yang membuat Nita begitu terkesan. Ternyata oh ternyata... Nita memberi kejutan untukku. Bisa jadi Sherly juga belum tahu tentang kabar Nita ini. Sampai saat ini Sherly juga tak menyinggung nama Nita atau Andro.
"Ini beneran, Ndro? Kalian mau menikah?"
Andro tertawa.Â
"Hahah.. Iya, Sang. Ini akhir petualanganku. Aku tak mungkin menyendiri terus kan..."
Aku hanya mengangguk. Aku paham, Andro mungkin kewalahan juga mengurusi Pipit sendirian.Â
"Aku beruntung bisa menemukan perempuan yang menerimaku dengan segala kondisiku..."
Aku kembali teringat cerita Nita beberapa hari yang lalu. Andro mengurusi anak yang bukan darah dagingnya sendiri. Sementara sang ibu entah di mana.