Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hari Anak Nasional 2019, Bagaimana Melatih Rasa Tanggung Jawab Anak?

20 Juli 2019   22:54 Diperbarui: 20 Juli 2019   23:49 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: kemenpppa.go.id

Hari Selasa, 23 Juli 2019, diperingati sebagai Hari Anak Nasional (HAN). Peringatan HAN tak lepas dari kebijakan pemerintah, yaitu  Keputusan Presiden No. 44 tahun 1984.

Peringatan HAN 2019 secara nasional akan diselenggarakan di Sulawesi Selatan dengan tema Peran Keluarga dalam Perlindungan Anak tagline Kita Anak Indonesia, Kita Gembira!

Dunia anak memang identik dengan kebahagiaan. Dan untuk menciptkan kebahagiaan anak tersebut terkadang terjadi perbedaan pandangan antara orangtua dan anak itu sendiri. Orangtua ---seperti saya--- memang harus mengutamakan kebahagiaan anak. Tak harus ketika ada peringatan HAN. HAN sebagai momen sebagai pengingat bahwa anak harus diperlakukan sesuai kaidah agama, hukum, sosial dan adat istiadat. 

Kebahagiaan anak tetap dihadapkan pada keteraturan. Bukan kebahagiaan tanpa tahu aturan. Pada peringatan HAN orangtua diingatkan kembali untuk selalu melindungi anak.

Saya kutip dari web Kominfo, bahwa dengan peringatan HAN setiap tahun, diharapkan semua pihak, terutama para keluarga, dapat mendukung dan berperan aktif dalam memenuhi hak anak dan memberikan perlindungan khusus bagi semua anak Indonesia.

Sehubungan dengan tugas orangtua yang harus berperan aktif dalam melindungi anak agar anak bahagia maka sebagai langkah awal orangtua harus melatih tanggungjawab pada diri anak. Melatih tanggungjawab merupakan salah satu langkah melindungi anak di masa depannya.

Memahami karakter anak mutlak dilakukan oleh orangtua. Misalnya dalam hal kerapian kamar. Pada dasarnya anak dibagi menjadi tiga tipe yaitu anak yang suka kerapian, yang senang berantakan dan mereka yang sesekali mau membereskan kamar.

Ketika anak ternyata masuk pada tipe senang berantakan maka orangtua perlu menyesuaikan tuntutannya dengan kebutuhan si anak. Jika terpaksa memenuhi kebutuhan si anak yang berantakan, maka orangtua perlu menyiapkan ruangan khusus zona bebas kerapian.

Tanamkan sejak dini

Pembiasaan disiplin bisa diterapkan sejak dini. Tentunya ibulah yang berperan dominan dalam hal ini. Ibu harus bisa memotivasi dan membantu anak dalam mengerjakan sesuatu. Jika tugas telah diselesaikan maka tak ada salahnya jika dipuji. 

Sikap seperti itu merupakan sikap menghargai usaha anak. Akibatnya anak akan menyadari bahwa setelah menyelesaikan sebuah tugas adalah sebuah kebanggaan.

Sesuaikan tugas dengan kemampuan anak

Anak memiliki karakter dan keunikan sendiri- sendiri. Begitu juga dalam hal kemampuan melakukan sesuatu. Suatu pekerjaan memang dapat diselesaikan secara bertahap. 

Pada anak usia di bawah 5 tahun, mereka akan senang membereskan tempat tidurnya. Pada usia ini jelas orangtua harus membantu si anak. Pada tahapan usia 7 tahun, anak bisa disuruh untuk merapikan tempat tidur dan dibantu meski tak seperti bantuan untuk anak usia di bawah 5 tahun.

Untuk lebih memudahkan proses merapikan kamar, maka di kamar bisa disiapkan box mainan. Jadi sewaktu- waktu jika selesai bermain, mainan bisa langsung dimasukkan ke dalam box.

Kapan mendapatkan imbalan

Setelah anak melakukan atau menyelesaikan sebuah pekerjaan, selain pujian maka orangtua juga bisa memberikan reward atau imbalan. Namun perlu digarisbawahi bahwa imbalan ini benar- benar jika telah disepakati karena anak telah menyelesaikan sebuah pekerjaan. Artinya jika anak tak berhasil menyelesaikan pekerjaan maka imbalan tak perlu diberikan.

Yang perlu diingat bahwa imbalan yang diberikan kepada anak harusnya yang diinginkannya, bukan yang menurut orangtua harus dipilih anak. Perlu disesuaikan pula dengan perkembangan usia anak.

Pada anak yang berusia muda, anak cenderung senang bila mereka pergi bersama orangtuanya. Namun berbeda lagi jika anak sudah lebih tua usianya, mereka akan lebih senang menghabiskan waktu bersama teman- temannya. Jadi imbalan ini bisa menjadi alternatif yang baik untuk anak.

Jangan sampai terjebak untuk memberikan imbalan berupa benda atau traktiran karena pada akhirnya nantinorangtua akan terjebak untuk memberikan imbalan yang lebih besar lagi. 

Saling menyesuaikan

Pada akhirnya, ketika orangtua telah berusaha mendidik anak dalam berdisiplin melakukan sebuah pekerjaan, maka tak serta merta hasilnya seperti yang diharap dan impikan. 

Dari pembiasaan disiplin sejak kecil, lambat laun akan menjadi sebuah kebiasaan. Orangtua harus dan harus selalu bersabar dan bertoleransi. Pemaksaan kehendak tak akan membuat nyaman bagi anak, orang tua pun bisa jadi malah uring- uringan. 

Dengan proses yang tak sebentar, anak pasti bisa melaksanakan peran dan tugasnya dengan baik. Rasa tanggungjawab dalam diri anak pun akan tumbuh dan berkembang seiring berjalannya waktu.

Mendidik anak untuk bertanggungjawab tidaklah mudah. Ikuti jiwa anak dan arahkan dengan baik, agar hati anak bahagia. Begitu juga hati orangtua.

Selamat Hari Anak Nasional. Kita Anak Indonesia, Kita Gembira!

**

Diolah dari berbagai sumber.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun