Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat untuk Nenek

13 Juli 2019   05:21 Diperbarui: 13 Juli 2019   05:51 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam Minggu ini Husna bersama ayahnya. Aku belum mengaminkan untuk diajak ke rumah keluarga mertuaku. Aku tak tahu, aku masih pantas menyebutnya mertua ataukah tidak. Aku tak begitu memikirkannya. 

Menikmati malam Minggu sendirian, tanpa Husna sudahlah biasa. Tak apa. Toh aku harus mengutamakan kebahagiaan Husna. Dia adalah prioritas dalam hidupku.

Ketika aku hendak merapikan meja belajar Husna, mataku terantuk pada sebuah kertas bergambar boneka lucu. Ada tulisan khas Husna yang belum begitu rapi.

Kuambil kertas itu. Aku merasa penasaran dengan kertas itu. Aku duduk di kursi yang biasa digunakan Husna untuk belajar setiap malam.

Kubaca tulisan Husna itu.

Nenekku yang cantik, tau nggak nek wajah ayah mirip sama nenek. Artinya ayahku ganteng. ^_^

Aku senang, nek. Setiap Sabtu bisa bermain bersama kakek, nenek dan ayah di rumah nenek. 

Tapi nek, kalau aku mau tidur, aku teringat ibuku. Dia sendirian, nek. Kasihan ibu. Tapi ibu kuajak ke rumah nenek juga tak mau.~_~

Aku pernah bertanya sama ibu, "Mengapa,bu? Apa kakek dan nenek jahat sama ibu? Atau ayah yang jahat?"

Nek, mendengar pertanyaanku itu ibu tersenyum. Senyumnya cantik sekali, nek.

"Husna, kakek dan nenek nggak jahat sama ibu. Ayah juga nggak jahat..."

Aku masih bertanya lagi, nek.

"Kalau mereka nggak jahat kenapa ibu tak mau ke rumah nenek?"

Ibu bilang kalau kakek, nenek dan ayah tak pernah jahat. Buktinya aku disayangi kakek, nenek dan ayah.

Iya, nek. Nenek dan kakek menyayangiku. Ayah juga. Aku pun sayang kakek, nenek dan ayah. Sama ibu juga. Aku sayaaaang sama ibuku yang cantik.

Nek, jangan marah ya. Bolehkah aku minta sesuatu sama kakek, nenek dan ayah?

Aku ingin sekali satu rumah bersama nenek, ayah, dan ibu. Karena aku sayang kalian.

Itu saja suratku ya, nek. Aku sayang kalian.

**

Air mata membanjiri kedua pipiku. Sebuah surat dari Husna untuk neneknya yang mungkin memang akan diberikan pada neneknya dan malah tertinggal. Yang jelas surat itu telah meruntuhkan kekuatan hati yang selama ini kuhimpun. Surat yang menggambarkan perasaan Husna yang melihat kedua orangtuanya berpisah dan mimpi-mimpinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun