Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bu Mumtaz

7 Juli 2019   05:34 Diperbarui: 7 Juli 2019   05:57 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku kesal dengan ayah Husna. Sudah sering kubilang agar tak memanggilku Putri ketika di sekolah. Kuminta dia memanggilku "bu guru" seperti yang dilakukan orangtua siswa lainnya.

"Okelah. Kupanggil kau Bu Mumtaz saja..."

Aku membelalakkan mataku demi mendengar ucapan ayah Husna tadi. Kalau tak berada di sekolah, sudah pasti kubuat perhitungan. Ayah Husna tertawa lepas. 

Iya, ayah Husna bernama Mumtaz. Aku tak mau mengingat dan menggunakan nama itu memanggil ayah Husna. Seakan nama itu kucoret dari daftar nama yang harus kuingat. 

Meski setelah cerita laki-laki yang menemuiku kemarin, aku merasa lega. Tak tahulah. Mungkin memang masih ada sisa cinta untuknya. Bagaimanapun dia pernah mengisi hari- hariku selama setahun. Namun kuingat lagi, bahwa nenek dan kakek Husna tak mungkin menerimaku. Sudahlah...aku sudah bahagia dengan Husnaku.

"Sudahlah, pak. Silakan kalau mau berangkat kerja..."

Lagi-lagi ayah Husna tertawa. Aku semakin kesal dan keki. Sementara guru lain dan orangtua siswa lain sudah mulai berlalu lalang mengantar putra-putrinya ke sekolah. Ada beberapa orangtua yang memperhatikan gerak- gerik kami.

"Oke. Bu Mumtaz. Aku pamit dulu ya. Nanti siang kita ketemu lagi. Bu Mumtaz harus menjawab pertanyaanku tadi..."

***

"Maaf aku jemput anak terakhir ya, bu Mumtaz..."

Ayah Husna terlambat menjemput Husna hari ini. Khusus hari ini saja. Dia berjanji mengajak Husna membeli perlengkapan outbond untuk hari Sabtu besok. Hanya hari Rabu ini dia punya waktu. Sebenarnya aku bisa saja mengantar dan membelikan perlengkapan itu. Tetapi Husna ngotot, ingin diantar ayahnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun