Pagi hari, dengan mata pedih karena kurang tidur, aku mendekati pintu depan. Tak tahulah siapa yang pagi-pagi sudah bertamu. Sekilas kulihat jam dinding. Waktu menunjukkan pukul 04.15. Sebentar lagi waktunya Subuh. Kalau tak mendengar pintu diketuk, mungkin aku bisa bangun kesiangan.Â
Aku jadi ingat lagi kalau semalam Husna tak pulang. Aku jadi semakin khawatir. Adakah suara pintu diketuk mengabarkan hal buruk terjadi?Â
Kuberanikan diri mendekati pintu. Aku tak kuasa melihat kondisi di luar rumah dari jendela. Aku takut jika di luar ada polisi atau... ah... kubuang jauh pikiran burukku. Dengan harap-harap cemas kubuka pintu pelan-pelan. Dan...Â
"Selamat ulang tahun, ibuuuu..."
Husna berada di depan pintu dengan membawakan kue ulang tahun dengan lilin berangka 30. Senyum Husna mengembang di antara redup lilin yang menyala. Iya... aku berulang tahun hari ini. Dan tepat di usia 30 ini, Husna dan dibantu ayahnya, memberikan kejutan yang benar-benar membuat hatiku yang semula seperti senam jantung menjadi bahagia. Ada Husna untukku, dan ada ayah Husna untuk putriku.Â