Ramadan telah usai. Waktunya Syawal menyusul dengan beragam keutamaannya juga. Bulan kemenangan setelah umat muslim memerangi hawa nafsu selama bulan Ramadan.Â
Puasa, shalat tarawih, bertilawah, bersedekah merupakan contoh amalan yang biasa dioptimalkan selama bulan Ramadan. Semua dilaksanakan demi meraih ampunan dan Lailatul Qadar.Â
Yang menjadi pertanyaan, bagaimana setelah Ramadan berlalu. Apakah amalan yang sudah dioptimalkan tersebut akan terhenti begitu saja? Setelah berusaha selalu dekat dengan Ilahi, apakah pelan -pelan akan ditinggalkan begitu saja? Apakah ungkapan bahwa kita sedih karena berlalunya bulan yang penuh ampunan itu? Apakah kerinduan kepada Ramadan hanya bersifat lahiriyah saja?Â
Harapan saya pribadi, ampunan saya dapatkan di bulan Ramadan kemarin. Karena pada dasarnya jika ampunan tak diberikan Nya pada diri maka termasuk celaka. Dalam sebuah hadits Ahmad (2/254), al-Bukhari dalam "al-Adabul mufrad" (no. 644), Ibnu Hibban (no. 907) dan al-Hakim (4/170), dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, al-Hakim, adz-Dzahabi dan al-Albani menyatakan bahwa malaikat Jibril berdoa dan diamini oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. Doa Jibril, "Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni (oleh Allah Ta'ala)".
Terdapat sebuah kisah yang diceritakan Imam Bisyr bin al-Harits al-Hafi bahwa orang-orang yang (hanya) rajin dan sungguh-sungguh beribadah di bulan Ramadhan, maka beliau menjawab: "Mereka adalah orang-orang yang sangat buruk, (karena) mereka tidak mengenal hak Allah kecuali hanya di bulan Ramadhan, (hamba Allah) yang shaleh adalah orang yang rajin dan sungguh-sungguh beribadah dalam setahun penuh".
Manusia sangat membutuhkan pertolongan dari Allah, bukan Allah yang butuh manusia. Maka kiranya sangat tepat jika selepas Ramadhan berlalu kita mengistiqamahkan atau meluruskan diri terhadap amalan kita. Istiqamah tersebut merupakan tanda bahwa amalan shalih seorang hamba diterima. Jangan hanya rajin beramal shalih di bulan Ramadan. Jangan sampai terhenti di situ.Â
Allah SWT mensyariatkan setelah Ramadan usai, hambaNya diberikan kesempatan untuk puasa enam hari di bulan Syawal. Keutamaan puasa Syawal yaitu menjadikan puasa Ramadhan dan puasa enam hari di bulan Syawal pahalanya seperti puasa setahun penuh, sebagaimana sabda Rasululah Shallallahu'alaihi Wasallam, "Barangsiapa yang berpuasa (di bulan) Ramadhan, kemudian dia mengikutkannya dengan (puasa sunnah) enam hari di bulan Syawwal, maka (dia akan mendapatkan pahala) seperti puasa setahun penuh" (HR Muslim no. 1164)
Untuk mengobati kerinduan akan amal shalih selama bulan Ramadan maka hamba Allah, termasuk saya, tetap melaksanakan puasa ---puasa sunah--- dan ibadah-ibadah lain---shalat sunah, membaca Alquran dan lainnya---. Rasulullah SAW bersabda: "Orang yang berpuasa akan merasakan dua kegembiraan (besar): kegembiraan ketika berbuka puasa dan kegembiraan ketika dia bertemu Allah" (HR al-Bukhari no. 7054)
Bulan suci Ramadan merupakan bulan yang harusnya menginspirasi untuk selalu berbuat baik di bulan-bulan berikutnya hingga Ramadan menyapa kembali. Semoga kita masih diberikan umur panjang untuk beramal shalih dan bisa melepas kerinduan dan bertemu lagi dengan bulan mulia, bulan Ramadhan.Â
**
Sumber: muslim.or.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H