Lebaran tinggal esok hari kita jelang. Segala persiapan kita lakukan untuk menyambut hari raya tersebut. Membersihkan dan merapikan rumah, menyiapkan pakaian, makanan dan minuman yang akan disajikan ketika sanak saudara dan tetangga saling bersilaturahim.Â
Untuk warga di sekitar saya ada yang masih membuat makanan tradisional apem atau ngapem untuk menyambut hari raya Idul Fitri. Mengapa apem masih sering dibuat padahal kita tahu sendiri bahwa bisnis kue kering dan aneka makanan di akhir Ramadan telah menjamur.Â
Para ahli mengatakan bahwa istilah para ahli berasal dari bahasa Arab, yaitu afuan/afuwwun yang artinya ampunan. Sesuai filosofi Jawa, kue ini merupakan simbol permohonan ampun atas berbagai kesalahan layaknya orang Islam yang memohon atau meminta maaf di hari raya idul Fitri. Dari istilah Afuan atau afuwwun, lidah orang Jawa menyebutnya dengan apem.
Kue apem sendiri dibuat dengan cara dikukus atau digoreng. Penyajiannya bersama camilan lainnya untuk menerima tamu yang bertandang ke rumah pada perayaan Idul Fitri. Kue apem yang dikukus biasanya berbentuk lembaran lingkaran yang lebar. Penyajiannya dengan dipotong kecil-kecil. Ada juga yang dibuat dengan berbentuk corong. Masyarakat menyebutnya apem conthong.Â
![Apem conthong. Foto: pinterest.com/ibuafiah2](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/06/04/1559627530678-5cf607cb3ba7f77b103d1ca7.jpg?t=o&v=770)