Nah kalau para siswa sudah berpikir seperti itu, guru sulit memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar. Terus terang seperti itu. Tentu saya pribadi juga merasa gemas juga dengan para siswa unik yang enggan belajar itu.Â
Kami, guru di sekolah, sering menjadi tumpuan kesuksesan belajar para siswa baik oleh orang tua, Â wali atau bahkan pemangku kebijakan. Kami akan diprotes oleh orangtua siswa karena anaknya tidak bisa mnegerjakan soal PTS, PAS, PAT bahkan USBN atau UN.Â
Begitu juga pemangku kebijakan. Mereka akan menegur jika prestasi siswa tidak bagus. Bahkan Bu Sri Mulyani, pernah mempertanyakan kualitas guru yang berbanding terbalik dengan tunjangan yang diperoleh setiap bulannya. Tunjangan tersebut tak bisa meningkatkan prestasi pendidikan di kancah internasional.Â
Entahlah saya sendiri kadang merasa bingung juga. Ketika diadakan diklat kependidikan para guru dituntut untuk memanusiakan anak didik. Akan tetapi ada juga yang menekan guru karena tak bisa memintarkan siswa.Â
Sistem pendidikan di Indonesia memang belumlah terlalu bagus. Masih perlu disempurnakan sedikit demi sedikit. Program PPDB dengan sistem zonasi adalah bentuk sekolah yang memanusiakan para siswa. Kita perlu dukung itu. Akan tetapi jika mengharuskan output yang berkualitas jelas tantangannya luar biasa.Â
Para siswa yang sejak awal terbiasa santai dalam belajar ya sulit untuk lebih rajin. Sehingga dalam proses pembelajaran di sekolah lanjutan pun mereka tak punya gereget. Hal ini karena mereka hanya berpikir bahwa mereka bisa sekolah di manapun sesuai zonasi.Â
Jadi kalau mempertanyakan kualitas guru maka lebih baik kita melihat banyak hal yang menjadi penyebabnya. Tak hanya salahkan guru sehingga negara merasa sedikit rugi memberikan tunjangan untuk mereka.Â
Lebih baik jika sistem zonasi PPDB diberlakukan, kita biarkan proses pembelajaran sebagaimana mestinya. Yang perlu ditekankan dalam pembelajaran ya memanusiakan anak didik. Sehingga guru bisa lebih fokus mendidik tanpa merasa tertekan karena jika guru merasa tertekan agar bisa menghasilkan siswa yang berprestasi malah yang ada akan stres dan tak lagi memanusiakan siswanya. Pada akhirnya siswa juga akan stres jika mendapatkan dirinya tak dimanusiakan dalam proses pembelajaran.Â
Pada akhirnya kita memang masih berharap bahwa kualitas pendidikan tetap tinggi meski siswa diterima di sekolah melalui PPDB sistem zonasi. Segala sesuatu tidak ada yang tak mungkin. Yang jelas tri pusat pendidikan harus saling bekerjasama dalam menyukseskan pendidikan. Pemangku kebijakan juga harus memotivasi guru dan sekolah, jangan sampai menyalahkan sepenuhnya kepada pihak sekolah jika anak didik masih kurang berkualitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H