Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Akankah Menjemput Asa yang Telah Kutitipkan PadaNya?

15 Mei 2019   22:15 Diperbarui: 10 November 2019   00:52 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa banyak bertanya dan pikir panjang, segera kukemasi laptop dan kertas-kertas berisi data penelitian. Aku takkan membuat ibu kesal karena telponnya tak kuangkat. Terus terang aku tak tahu siapa tamu itu. 

"Wis... lekas pulang. Penting, ndhuk" terang ibu ketika kucoba menelponnya di parkir sekolah tempatku melakukan penelitian. 

**

Sampai rumah. Kulihat beberapa mobil di depan rumah. Ibu menyambutku di beranda. Sementara tamu berada di ruang tamu. 

Ibu mengajakku lewat pintu belakang dan menyuruhku untuk segera mandi dan shalat Asar. Aku hanya menuruti kemauan ibu meski dalam hati penasaran dengan perilaku ibu. 

Selepas mandi dan shalat Asar, di kamarku ibu bicara padaku. Tatap matanya penuh kasih tapi dari suaranya kudengar ada rasa berat. Belum pernah kudengar suara ibu seperti itu. 

"Ndhuk, ada temanmu bersama keluarganya ke sini. Tadi orangtua berniat meminangmu untuk temanmu..."

Dadaku terasa sesak. Aku tak tahu. Siapa temanku yang dimaksud ibu. Indrakah yang nekat ke rumah? Sungguh aku merasa tak siap untuk peristiwa ini. 

"Ayo, ndhuk. Ke ruang tamu. Bapak sama ibu akan memberikan restu jika kamu memang merasa sreg. Kalau tidak sreg, kamu bilang langsung di sana nanti"

Kuikuti langkah ibu. Hatiku diliputi was-was. Bibirku membisu, lidah terasa kelu. Pikiranku entah kemana. 

Ya Allah, selama ini kutitipkan asa padaMu. Apakah aku harus menjemput asaku kali ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun