Tanpa banyak bertanya dan pikir panjang, segera kukemasi laptop dan kertas-kertas berisi data penelitian. Aku takkan membuat ibu kesal karena telponnya tak kuangkat. Terus terang aku tak tahu siapa tamu itu.Â
"Wis... lekas pulang. Penting, ndhuk" terang ibu ketika kucoba menelponnya di parkir sekolah tempatku melakukan penelitian.Â
**
Sampai rumah. Kulihat beberapa mobil di depan rumah. Ibu menyambutku di beranda. Sementara tamu berada di ruang tamu.Â
Ibu mengajakku lewat pintu belakang dan menyuruhku untuk segera mandi dan shalat Asar. Aku hanya menuruti kemauan ibu meski dalam hati penasaran dengan perilaku ibu.Â
Selepas mandi dan shalat Asar, di kamarku ibu bicara padaku. Tatap matanya penuh kasih tapi dari suaranya kudengar ada rasa berat. Belum pernah kudengar suara ibu seperti itu.Â
"Ndhuk, ada temanmu bersama keluarganya ke sini. Tadi orangtua berniat meminangmu untuk temanmu..."
Dadaku terasa sesak. Aku tak tahu. Siapa temanku yang dimaksud ibu. Indrakah yang nekat ke rumah? Sungguh aku merasa tak siap untuk peristiwa ini.Â
"Ayo, ndhuk. Ke ruang tamu. Bapak sama ibu akan memberikan restu jika kamu memang merasa sreg. Kalau tidak sreg, kamu bilang langsung di sana nanti"
Kuikuti langkah ibu. Hatiku diliputi was-was. Bibirku membisu, lidah terasa kelu. Pikiranku entah kemana.Â
Ya Allah, selama ini kutitipkan asa padaMu. Apakah aku harus menjemput asaku kali ini?