Menjadi ibu yang memiliki anak usia balita dan SD itu sering mengalami banyak hal. Di rumah, ibu sering sambat alias mengeluh saking aktifnya si anak sampai rumah bak kapal pecah. Belum lagi kalau anak rewel dan bertengkar satu sama lain.Â
Pusing tujuh keliling! Tapi sebagai ibu harus terus bertahan dengan menutup mata dan telinga. Artinya dia harus cuek ketika ada orang menilai dan membicarakan kalau rumah berantakan. Kalau menuruti omongan atau penilaian orang lain pastinya bisa stres sendiri.Â
Di tengah menghadapi berbagai aktivitas rumah tangga yang tak pernah selesai, ibu-ibu muda juga menghadapi beberapa hal yang sungguh menakutkan. Saya menyebutnya sebagai teror. Apa saja itu?Â
Berita penculikan anak
Anak adalah titipan dari Allah yang harus dijaga. Mereka menjadi tanggung jawab orangtuanya. Kesehatan,dan keselamatan selalu menjadi pikiran orangtua.Â
Ketika anak bermain di luar rumah, Â bersekolah menjadi ketakutan yang tak bisa dibendung. Di satu sisi ibu ingin anaknya belajar bersosial dengan teman dan lingkungan sekitar serta bersekolah. Di sisi lain hati dan pikiran dihantui tentang keselamatan buah hatinya akibat beredarnya berita penculikan anak. Dari kabar yang diterima anak yang diculik organ tubuhnya diambil tanpa sepengetahuan orang tua.Â
Dengan begitu hati dan pikiran selalu khawatir. Bekerja di rumah maupun di tempat kerja menjadi tidak fokus lagi.Â
Beredarnya jajanan berbahaya
Hal menakutkan bagi ibu-ibu selain berita penculikan anak, juga berita bahwa ada peredaran jajanan anak yang berbahaya. Bahkan jajanan itu bisa menimbulkan kematian.Â
So pasti kabar seperti ini yang muncul beberapa saat, kemudian menghilang, muncul lagi dan seterusnya membuat orangtua, terutama ibu-ibu, menjadi was-was. Untuk memberikan atau menyiapkan makanan untuk bekal ketika sekolah saja belum tentu anak mau. Anak akan kepingin temannya yang jajan dengan aneka snack yang menarik.Â