Sehari setelah pencoblosan, 18 April 2019, saya sempat menulis artikel dengan judul "Yang Terlupakan, Pengorbanan Panitia Pemilu di Lapangan". Di tulisan tersebut saya menuliskan beberapa pengorbanan para petugas lapangan seperti petugas KPPS, PPK, PPS. Belum terdengar kabar tentang meninggalnya para pahlawan demokrasi yang dari hari ke hari bertambah.Â
Pada waktu itu saya menuliskan bahwa para pahlawan demokrasi banyak berkorban mulai dari pendataan DPT yang dari waktu ke waktu harus di-update jumlahnya akibat kematian, pindah TPS, dan sebagainya.
Selain itu, Â mendekati waktu pencoblosan, maka waktu bercengkerama bersama keluarga menjadi tersita karena pekerjaan yang tak kunjung selesai. Akibatnya waktu istirahat berkurang sehingga kesehatan juga menurun. Nah dari pengorbanan ini akhirnya menyebabkan banyaknya korban meninggal.Â
Paling tidak sampai saat ini korban meninggal tercatat 144 orang KPPS. Sedang yang sakit mencapai 883. Sehingga total petugas yang tertimpa musibah 1.027.
Kemungkinan yang menjadi penyebab berjatuhannya korban meninggal karena fisiknya terforsir akibat harus menyelesaikan  penghitungan secara terus menerus.  Beban tersebut akan mempengaruhi sistem metabolisme tubuh dan mempengaruhi irama saraf otonom yang berubah daripada kegiatan normal sehari-hari.Â
Sudah menjadi rahasia umum bahwa para petugas sering begadang untuk penyaluran logistik, persiapan TPS, memantau jalannya pemilu di TPS. Benar-benar menguras tenaga dan pikiran.
Hari ini teman saya yang menjadi petugas bercerita bahwa semalam badannya dingin. Dia sudah berpikir bahwa petugas pencoblosan akan bertambah satu korban lagi. Namun alhamdulillah pagi tadi dia bisa melaksanakan tugas di sekolah untuk mengawasi USBN mata pelajaran Pendidikan Al Islam.
Jumlah korban meninggal para pahlawan demokrasi memang luar biasa. Pada pemilu yang akan datang perlu dikaji lagi, apakah akan dipisah antara pileg dan pilpres ataukah masih sama dengan tahun ini. Â
Apakah dengan alasan menghemat anggaran pemilu Indonesia harus banyak mengorbankan warga negaranya? Keselamatan dan kesehatan harus diutamakan. Â
Urusan hidup manusia memang berada di tangan Allah tapi kita sebagai manusia yang dibekali akal dan pikiran serta hati nurani tentu tak menginginkan korban berjatuhan lebih banyak lagi. Bahkan harapan kita di pemilu yang akan datang benar-benar tak bermunculan korban para petugas pemilu di lapangan.Â
Banyaknya korban yang berjatuhan semoga bisa menjadikan bahan pertimbangan para pemangku kebijakan untuk lebih bijak lagi dalam memutuskan sesuatu.Â